Pemerintah dan BI Sepakati 6 Langkah Strategis Penguatan Industri Manufaktur

  • Bagikan
Foto bersama usai Rapat Koordinasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan BI (Rakorpusda) pada 4 September 2019 di Jakarta. (Foto: Istimewa).
Foto bersama usai Rapat Koordinasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan BI (Rakorpusda) pada 4 September 2019 di Jakarta. (Foto: Istimewa).

SULTRAKINI.COM: Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyepakati enam langkah strategis untuk memperkuat kinerja industri manufaktur guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, berkelanjutan, dan inklusif.

Enam langkah strategis disampaikan oleh Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam Rapat Koordinasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan BI (Rakorpusda) pada 4 September 2019 yang mengangkat tema “Pengembangan Industri Manufaktur untuk Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi secara Berkelanjutan dan Inklusif” di Jakarta.

Langka pertama meningkatkan efisiensi logistik melalui pembangunan infrastruktur, seperti pelabuhan patimban dan pendukungnya. Kedua Mendukung peningkatan iklim investasi melalui sistem perizinan dengan mengimplementasikan online single submission (OSS) versi 1.1.

Perry mengatakan langka ke tiga mendukung harmonisasi regulasi dan program kebijakan untuk meningkatkan produktivitas industri, antara lain melalui penerbitan ketentuan pelaksanaan super deductible tax dan penerbitan penyempurnaan ketentuan pendukung kendaraan ramah lingkungan. Ke empat mendukung kelancaran sistem pembayaran.

“Melalui perluasan kerjasama Local Currency Settlement untuk perdagangan internasional dengan dua negara mitra; perluasan kerjasama Local Currency Settlement untuk investasi (Malaysia, Thailand); serta pengembangan sistem pembayaraan melalui perluasan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dan peluncuran Quick Response (QR) Code Indonesian Standard (QRIS),” Kata Perry dalam realisnya, Rabu (4/9/2019).

Langka selanjutnya mendorong pembiayaan melalui pembiayaan yang berwawasan lingkungan (green financing) melalui pelonggaran loan to value (LTV) dan uang muka, serta pelebaran Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) dan perluasan cakupan komponen sumber funding.

Serta mendukung promosi perdagangan dan investasi industri manufaktur.

“Seperti fasilitasi negosiasi untuk menjadi pemasok brand global; percepatan ratifikasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement / IA-CEPA) dan negosiasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Uni Eropa (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement / IEU-CEPA); pemanfaatan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Chili (Indonesia-Chile Comprehensive Economic Partnership Agreement/ IC-CEPA); penyelenggaraan West Java Investment Summit (IRU-RIRU-GIRU); dan pameran, misi dagang, serta business matching, antara lain Trade Expo Indonesia di Jakarta,” jelas Perry.

Laporan: Wa Rifin
Editor: Habiruddin Daeng

  • Bagikan