Pengasapan Keong Kowoe Kelompok Dasa Wisma Asoka

  • Bagikan
Praktek pengemasan keong kowoe asap.Foto:ist

Kabupaten Konawe merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara yang memiliki perairan pedalaman (inland water) yang cukup luas. Perairan mengalir meliputi sungai, kali, kanal, selokan, dan sebagainya, sedangkan  perairan menggenang meliputi rawa, danau, waduk, situ, telaga, embug, dan sebagainya (Asriyana & Yuliana, 2012). Dalam  pemenuhan kebutuhan pangan, perairan pedalaman menyediakan sumberdaya perikanan yang dapat dimanfaatkan.  Untuk  menghindari ketergantungan  dan  tekanan penangkapan terhadap satu sumberdaya yang berlebihan, maka dibutuh kan upaya diversifikasi produk pangan.  Salah satu sumber daya perairan pedalaman yang dimanfaatkan dan menjadi sumber  mata  pencaharian di Kabupaten Konawe adalah kelompok gastropoda yaitu keong mas (Pila ampullaceal) atau dalam bahasa lokal dikenal dengan nama keong kowoe.

Keong kowoe diyakini oleh masyarakat setempat sebagai obat hepatitis karena mengandung anti oksidan dengan nilai IC50 sebesar 111,28 ppm (Haslianti et.al., 2017).         Anti oksidan secara alami terdapat pada semua bahan pangan, baik yang berasal dari daratan maupun perairan. Bahan pangan yang berasal dari perairan khususnya dari kelas gastropoda, banyak mengandung komponen-komponen bioaktif dan antioksi dan (Anand et.al., 2010); mengandung protein 12%, kalsium 217 mg, rendah kolesterol, 81 g air dalam 100 g dan sisanya mengandung energi, protein, kalsium, karbohidrat, dan phosfor (PDRC, 2014); merupakan hasil perikanan yang berprotein tinggi (38,06%) dan tinggi karbohidrat (10,66%) serta lemak rendah (di bawah 5%) sehingga baik untuk dikonsumsi khususnya bagi penderita penyakit hati (Milinsk et. al., 2006); secara empiris dipercaya sebagai aprodisiaka dan mampu mengobati berbagai penyakit (Witjaksono 2005 dan Nurjanah et al., 2005).

Tingginya kandungan gizi dan besarnya manfaat bagi kesehatan menyebabkan eksploitasi terhadap keong kowoe cukup tinggi. Penangkapan yang berlebih dan tidak memerhatikan ukuran yang layak tangkap memicu kolapsnya keong kowoe di alam.   Kondisi ini perlu disikapi secepatnya agar sumberdaya keong  kowoe tetap berkelanjutan. Hal ini penting dilakukan, terlebih keong kowoe oleh masyarakat Kabupaten Konawe selain dimanfaatkan dalam bentuk segar, juga dimanfaatkan dalam bentuk olahan, walaupun pengolahannya masih terbilang tradisional.  Situasi  ini  menuntut  peran  perguruan  tinggi untuk melakukan transfer teknologi, selain untuk menjaga keberlanjutan keong kowoe di alam dan juga untuk melakukan diversifikasi produk pangan yang higienis dengan masa simpan yang lama.

Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan bersama dengan salah satu kelompok dasawisma yang bergerak dalam pengolahan kerang kowoe melaksanakan pelatihan melalui  kegiatan bimbingan teknis dalam pembuatan keong kowoe asap yang higienis dan tahan lama sampai pada kegiatan pengemasan. Olahan makanan ini selain enak rasanya, bergizi, juga mudah dan murah bahannya. Harapan dari pengabdian ini adalah untuk memberikan inspirasi bagi masyarakat sasaran untuk dapat berwirausaha dengan olahan makanan yang diajarkan. Harapan kedua adalah sebagai pemenuhan gizi keluarga. Keong kowoe yang gizi dan vitamin dapat dijadikan alternatif kebutuhan gizi keluarga.

Salah satu mitra yang bekerjasama dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini adalah Mitra Kelompok Dasawisma Asoka.  Kelompok Dasawisma ini merupakan salah satu kelompok masyarakat yang bergerak dalam kegiatan usaha skala rumah tangga yang bekerja sebagai kelompok penangkap dan pengolah produk keong kowoe dan pekerjaan ini telah dilaksanakan selama10 tahun. Hasil olahanan keong kowoe adalah : bentuk segar utuh, segar kupas, dan sate. Dalam produksinya waktu yang dibutuhkan oleh mitra dalam menangkap sampai memperoleh hasilnya adalah  1 (satu) kali menangkap dalam waktu 1 (satu) minggu, mitra dapat menghasilkan10 kg keong kowoe dalam bentuk segar utuh. Keong kowoe dijual kekonsumen dengan harga Rp. 35.000,-/kg. Hasil tangkapan tersebut jika dijual dalam bentuk olahan harganya bisa lebih mahal dibandingkan dijual dengan bentuk segar utuh. Produk olahan yang dihasilkan berupa bentuk segar kupas Rp. 50.000,-/kg dan dalam bentuk olahan sate Rp. 12.500/tusuk, dimana1 kg bisa menjadi sate sebanyak 30 tusuk.  Hasil olahan  dalam  bentuk segar  kupas dan  sate mempunyai daya simpan yang relatif singkat yaitu hanya 24 jam, namun jika diolah dalam bentuk keong kowoe asap dan dikemas dapat bertahap lebih lama, yaitu 30-60 hari.

Pelaksanaan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) merupakan kegiatan percontohan pendampingan   masyarakat   melalui   kegiatan   penyuluhan   mengenai konservasi dan pemanfaatan sumberdaya alam yang ramah lingkungan, membuat alat tangkap sesuai ukuran layak tangkap dan alat pengasapan sederhana dan pemberdayaan  masyarakat  melalui  kegiatan  bimbingan  teknis  dalam pembuatan keong kowoe asap yang higienis dan tahan lama sehingga sehingga nilai jual/nilai ekonomi dari produk meningkat.  Melalui kegiatan ini diharapkan kedepannya akan muncul usaha skala rumah tangga yang memanfaatkan kowoe untuk cemilan yang dapat dijadikan sebagai oleh-oleh yang berbahan dasar kowoe. Kegiatan ini secara tidak langsung dapat meningkatkan ekonomi rumah tangga di Kelurahan Hopa-hopa dan secara tidak langsung dapat meningkatkan icon Sulawesi Tenggara sebagai pilar produksi perairan air tawar di Indonesia.

Dalam pelaksanaannya kegiatan bimbingan teknis dan pelatihan pembuatan dan pengemasan produk olahan dilakukan melalui tiga tahapan yaitu :

Sosialisasi/pengenalan kepada masyarakat mengenai pengasapan yang baik dan benar

Kegiatan ini berupa ceramah singkat mengenai pengenalan kepada masyarakat/peserta mengenai variasi produk olahan keong kowoe yang bisa dibuat dalam skala rumah tangga.  Tujuannya adalah untuk menginspirasi kepada peserta sebuah ide dan semangat berwirausaha dengan sumber bahan baku yang mudah mereka dapatkan dan ada di sekitar mereka (potensi perikanan) sehingga dapat menambah penghasilan rumah tangga.

Praktek pengasapan

Praktek pengasapan keong kowoe merupakan acara inti, dimana tim pengabdian masyarakat dari FPIK UHO dibantu oleh mahasiswa bersama-sama dengan kelompok dasawisma  melakukan praktik pengasapan keaong kowoe dengan menggunakan alat yang telah dirancang oleh Tim pengabdian PKM (Gambar 1).  acara ini juga dilakukan interaksi kepada peserta , dalam artian melibatkan peran aktif peserta (wanita dan remaja putri) dalam kegiatan dan sekaligus meruapakan ajang diskusi apabila dalam praktik yang dilakukan ada yang kurang dipahami oleh peserta.  Dalam kegiatan praktik, masyarakat diperkenalkan dengan cara pengasapan yang baik dan benar dengan menggunakan alat pengasapan hasil rancangan tim PKM.  Adapun hasil dari pengasapan keong kowoe nampak lebih kering dan tidak hangus sehingga dapat menyebabkan produk pengasapan keong kowoe akan lebih tahan lama daya penyimpanan.

Pelatihan dan praktek pengemasan, kegiatan ini dilaksanakan bersamaan dengan praktek pengasapan.  Setelah keong tersebut diasapkan maka selanjutanya dilakukan pengemasan dengan menggunakan plastik aluminium yang telah disiapkan dari tim PKM.  Pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus sebagai produk (Kotler & Keller, 2009).  Pengemasan adalah aktivitas merancang dan memproduksi kemasan atau pembungkus untuk produk.  Fungsi utama dari kemasan adalah untuk menjaga produk (Louw & Kimber, 2007).  Namun sekarang kemasan menjadi faktor yang cukup penting sebagai alat pemasaran (Rangkuti, 2010).  Berdasarkan frekuensi pemakaiannya, kemasan yang digunakan merupakan kemasan sekali pakai (disposable), yaitu kemasan yang langsung dibuang setelah satu kali pakai.  Adapun berdasarkan tingkat kesiapan pakai, kemasan yang digunakan dalam pelatihan ini adalah kemasan siap pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diiisi dengan bentuk yang telah sempurna sejak keluar dari pabrik, contohnya adalah wadah plastik yang akan diberi label (Gambar 2) dan ditutup dengan bantuan alat hand sealer.

Capaian akhir yang diharapkan pada program PKM yang dilaksanakan selama 4 bulan tercapainya tiga indikator, yaitu : 1)  Peningkatan partisipasi masyarakat, terlihat dari peran serta aktif masyarakat dalam kegiatan pelatihan dan pendampingan pengasapan dan pengemasan produk.  Hasil wawancara menunjukkan bahwa umumnya partisipasi masyarakat sangat rendah dalam setiap kegiatan yang dilakukan di Kelurahan Hopa-hopa, namun dalam kegiatan pemberdayaan ini antusias masyarakat sangat tinggi; 2) Pemahaman masyarakat mengenai metode pengolahan dan pengemasan hasil perairan, terlihat dari peningkatan skill/keterampilan dalam membuat dan mengemas produk.  Produk perairan yang dihasilkan oleh masyarakat kelurahan hopa-hopa selam ini hanya dijual dalam bentuk segar dan yang disapakan tidak bertahan lama sehingga produk yang dihasilkan tidak bertahan lama/mudah rusak. Kegiatan pemberdayaaan yang dilakukan tim PKM mampu meningkatkan keterampilan masyarakat dalam meningkatkan nilai jual produk tersebut; 3) Peningkatan kemampuan masyarakat dalam berwirausaha dengan berhasilnya membuat dan memasarkan produk olahan.

Akhir kegiatan PKM program Kemitraan Masyarakat berbasis potensi sumberdaya perairan di Kelurahan Hopa-hopa melalui kegiatan pengolahan dan pengesapan produk olahan perairan air tawar cukup berhasil, diharapkan masyarakat telah memahami metode pengolahan dan pengemasan produk kowoe ,asap serta telah berhasil membuat produk kowoe aasap dalam kemasan yang siap untuk dipasarkan.  Selain itu terlihat pola perubahan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya memanfaatkan potensi sumberdaya perairan sehingga dapat menambah nilai jual produk perikanan sekaligus meningkatkan perekonomian kelurga.  Peran serta instansi terkait seperti Dinas Kelautan Perikanan (DKP) dan Badan perencanaan Pembangunan daerah (BAPEDA) Kabupaten Konawe sangat diharapkan agar mengawal kegiatan ini sehingga dapat mendukung terciptannya Kelurahan Hopa-hopa sebagai Kelurahan wisata yang menyediakan beranekaragam jenis kuliner yang bahan bakunya berasal dari hasil/produk perairan air tawar Kelurahan Hopa-hopa.

 

Haslianti, Nur Irawati, Asriyana

 Jurusan Manajemen Sumber Daya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo

Surel: [email protected]

  • Bagikan