Pengrajin Kriya di Konsel Alami Kendala, Dispar Sultra “Suntik” Pengetahuan

  • Bagikan
Abdul Rasyid (tengah) dan kelompoknya pengrajin kriya di Konsel menunjukkan hasil karya-karyanya. (Foto: Rohiyani/SULTRAKINI.COM)
Abdul Rasyid (tengah) dan kelompoknya pengrajin kriya di Konsel menunjukkan hasil karya-karyanya. (Foto: Rohiyani/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KONSEL – Limbah kayu melimpah di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, khususnya di Desa Pangan Jaya dan Desa Iwoimendoro dimanfaatkan oleh Abdul Rasyid dan kelompoknya selaku pengrajin kriya.

Setiap hari kelompok yang diberi nama Ano Art menghasilkan berbagai macam produk kriya seperti aksesoris kalung, gantungan kunci, aksesoris handphone, speaker HP, peralatan makan, pegangan gelas, seserahan nikahan, hingga mainan edukasi bagi anak usia dini.

Ano Art merupakan gabungan kata dari Ano (Anoa) hewan endemik Sulawesi Tenggara dan Art (seni) yang berarti seni kriya asal Sultra.

Di tangan Abdul Rasyid, proses pembuatan produk kriya ini membutuhkan teknik desain yang dipadukan dengan ide kekinian.

Penjualan produk-produk hasil kerja kelompok Ano Art selain dijual langsung juga memanfaatkan berbagai media sosial, seperti Instagram yang banyak diminati generasi muda.

Untuk mainan edukasi dipatok dengan harga Rp 2,5 juta per set, terdiri 12 item. Sedangkan speaker dengan bentuk kamera seharga Rp 250 ribu.

Kelompok pengrajin kriya ini berdiri tahun 2016 di Desa Iwoimendoro, Kecamatan Basala, Konsel. Berawal dari sebuah pelatihan yang difasilitasi pemerintah kabupaten setempat

Abdul Rasyid sebagai ketua kelompok berlatarbelakang sebagai penggiat seni rupa. Pada tahun 2016, Dinas Pariwisata Kabupaten Konawe Selatan melirik tempat yang dijadikan Rasyid melakukan kegiatan kriya. Dispar mendukung penggiat kriya dalam membuat suatu karya seni.

Salah satu bantuan yang sebelumnya diajukan oleh Rasyid untuk mempermudah dirinya membuat produk kriya akhirnya terealisasikan pada tahun 2017-2018. Bantuan berupa alat-alat pemotong dan alat bantu lainnya bernilai kurang lebih Rp 1 miliar rupiah yang diberikan di dua desa, yakni Pangan Jaya dan Desa Iwoimendoro.

Sebelum membuat produk kriya, Rasyid telah melakoni dunia seni, seperti melukis, membuat sketsa orang, dan membuat patung. Inilah yang mendasari Rasyid mengembangkan diri untuk terjun ke dunia interior, kriya.

Hasil-hasil kerajinan Abdul Rasyid. (Foto: Rohiyani/SULTRAKINI.COM)

Hal itu pun ditunjang banyaknya limbah kayu di Kabupaten Konawe Selatan. Limbah kayu dapat ditemukan hampir di seluruh desa yang ada di Konsel yang dikenal sebagai penghasil mebel atau pekerja kayu.

Bahan baku setengah jadi dari Konsel juga melayani kebutuhan daerah sekitar, termasuk Kota Kendari.

Rasyid memanfaatkan sisa-sisa kayu itu untuk menjadi bahan baku dalam membuat olahan produk kriya nya.

Di desanya, Rasyid sendiri memiliki banyak limbah kayu, karena ia pun menjadi pengepul dari limbah kayu tersebut.

Namun demikian, menurut Rasyid, bahan baku kayu sudah mulai menipis. Itulah kendala yang akan dihadapi ke depan, selain kurangnya tenaga tenaga kerja.

Sebelumnya di dua desa tersebut terdapat 50 orang pekerja yang tergabung dalam lima kelompok, masing-masing beranggotakan sepuluh orang.

Namun, seiring berjalannya waktu anggotanya pun semakin berkurang sehingga Rasyid sendiri mengalami kesulitan untuk melanjutkan pembuatan produk kriya tersebut.

Kini Rasyid hanya dapat membuat produk kriya jika menerima pesanan dibantu oleh anaknya dalam membuat produk kriya di Ano Art serta berkoordinasi  dengan pengrajin lainnya untuk produksi yang lebih besar.

Karya kriya Rasyid dan kelompok pengrajin lainnya pernah diikutkan dalam pameran Ikra 2018 di Jakarta. Saat itu menampilkan aneka karya, termasuk gelas dari kayu yang mendapat peminat dari negara Jepang.

Pada 23 – 25 Juni 2022, Rasyid kembali mendapatkan “suntikan” pengetahuan untuk meningkatkan marketnya. Ia bersama 50 pelaku usaha kreatif di Konawe Selatan mengikuti Workshop Pengembangan Desain Produk Ekonomi Kreatif yang diselenggarakan oleh Dina Pariwisata Provinsi Sulawesi Tenggara bekerjasama dengan Lulopedia.Tv.

Kepala Dinas Pariwisata Sultra melalui Kepala Bidang Ekonomi Kreatif, Syamsinar, pada pembukaan workshop mengatakan ekonomi kreatif layak menjadi gerbong pengembangan ekonomi daerah, di Sultra.

“Rangkaian kegiatan ini merupakan bagian dari mimpi Dinas Pariwisata untuk memajukan ekonomi kreatif yang berbasis daya saing dan inovatif,” ucapnya.

Tak tanggung-tanggung, pada workshop ini Dispar bekerjasama sama dengan Lulopedia.Tv menghadirkan sejumlah narasumber kompeten dibidang, yaitu perwakilan Market Place Shopee Indonesia, Indonesia Creative City Network (ICCN) dan Konten Kreator.

“Diharapkan dengan hadirnya para pemateri tersebut, peserta dapat mengembangkan produk yang dimiliki agar dapat menembus pasar retail modern dan market place,” kata Syamsinar. (B)

Laporan: Rohiyani
Editor: Hasrul Tamrin

  • Bagikan