Perangi DBD, Stikes Karya Kesehatan Kendari Kolaborasi dengan KKP Kendari

  • Bagikan
Kepala Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan KKP Kendari, Asrun Salam menjelaskan program lavitrap kepada mahasiswa Stikes Karya Kesehatan Kendari. (Foto: Muh Yusuf/SULTRAKINI.COM)
Kepala Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan KKP Kendari, Asrun Salam menjelaskan program lavitrap kepada mahasiswa Stikes Karya Kesehatan Kendari. (Foto: Muh Yusuf/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kendari mengajak Sekolah Tinggi Kesehatan (Stikes) Karya Kesehatan Kendari memerangi Demam Berdarah Dengue (DBD). Hal itu dilakukan untuk mewujudkan program pembuatan lavitrap (perangkap nyamuk) yang ditargetkan sebanyak 4.000 buah.

Kepala Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan KKP Kendari, Asrun Salam, mengatakan lavitrap merupakan inovasi baru dikembangkan KKP Kendari dan Dinas Kesehatan Kendari bersama lima kampus kesehatan di Kendari dalam memerangi DBD. Langkah tersebut dilakukan karena foging, abatesasi, dan 3M dinilai kurang efektif dalam memerangi DBD.

“Dengan lavitrap ini kita berupaya menurunkan populasi nyamuk Aedes aegypti yang diharapkan bisa sejalan dengan turunnya kasus DBD,” terang Asrun, Jumat (15/3/2019).

Dia menjelaskan, untuk mengimplementasikan program tersebut pihaknya bekerja sama dengan lima kampus kesehatan di Kendari, yakni Stikes Karya Kesehatan Kendari, AKL Mandala Waluya, Poltekkes Kemenkes Kendari, dan Fakultas Kesehatan Masyarakat UHO.

“Rencana kita akan bergerak pada sebelas kecamatan. Selain memasok lavitrap yang banyak, mahasiswa juga diharapkan melakukan monitoring terhadap efektivitas lavitrap. Kalau hasilnya bagus, diharapkan masyarakat bisa melanjutkan sendiri kedepannya,” jelasnya.

Sementara itu, Kaprodi Gizi Stikes Karya Kesehatan Kendari, Habib Ihsan, mengungkapkan pihaknya menyambut baik program lavitrap yang ditawarkan KKP Kendari. Pasalnya, upaya menurunkan angka DBD merupakan tugas bersama, termasuk peran kampus kesehatan.

“Kami berharap mahasiswa belajar membuat lavitrap, sekaligus diterapkan mulai lingkungan keluarga hingga tetangga terdekat. Apalagi, bahan lavitrap dari botol plastik air minum kemasan sehingga tidak memerlukan biaya besar,” ucap Habib Ihsan.

Laporan: Muh Yusuf
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan