Perayaan Nyepi, Warga Desa Jati Bali Konsel Arak Ogoh-ogoh Keliling Kampung

  • Bagikan
Sejumlah pemuda dan masyarakat di Desa Jati Bali, Konsel, mengarak Ogoh - ogoh keliling desa. (Foto: Riswan/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KONSEL – Perayaan Hari Raya Nyepi yang dilaksanakan 3 Maret 2022, penganut Agama Hindu di Desa Jati Bali, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Sulawesi Tenggara usir pengaruh jahat dengan mengarakan Ogoh-Ogoh keliling desa/kampung.

Pada perayaan Nyepi tahun ini, warga Desa Jati Bali secara berkelompok setidaknya membuat empat macam Ogoh – ogoh yang diarak keliling desa.

Ketua Parisada Hindu Darma, Desa Jati Bali, I Nyoman Budi Artana, mengatakan rangkaian terakhir dari perayaan Nyepi tahun ini dengan mengarak Ogoh-ogoh untuk menyeimbangkan pengaruh positif dan negatif.

“Setelah di arak keliling desa, Ogoh-ogoh ini akan dibakar,” kata Budi Artana, ditemui di sela-sela arak-arakan Ogoh-Ogoh, Rabu (2 Maret 2022) sore.

Empat macam Ogoh-ogoh yang ditampilkan dari masing-masing kelompok diberi nama Tabanan, Negara, Munggu, dan Puso. Keempat karya tangan tersebut diinisiasi dari karang taruna Desa Jati Bali.

Ia menambahkan, karya Ogoh-ogoh ini merupakan hasil karya masyarakat dibuat dari tangan terampil para anak muda Jati Bali dengan berbahan baku bambu dan kardus, serta kerangka yang terbuat dari besi.

“Meskipun dari bahan sederhana tetapi bisa membuat kerajinan yang begitu indah,” ujarnya.

Bagi masyarakat desa setempat, pawai ini diadakan untuk melengkapi prosesi Hari Raya Nyepi dan mengobati rasa rindu masyarakat karena sudah 2 tahun ditiadakan sejak wabah pandemi Covid-19 melanda.

Dilansir dari Wikipedia, Ogoh-Ogoh merupakan gambaran Butha Kala yang menciptakan energi negatif dalam diri manusia. Ogoh-Ogoh sendiri berasal dari kata ogah-ogah dalam bahasa Bali yang artinya sesuatu yang digoyangkan. Ogoh-Ogoh dibuat dengan wujud yang menyeramkan dan berukuran besar.

Masyarakat Bali mulai membuat patung raksasa ini dari tahun 1983. Pada saat itu pemerintah Indonesia resmi menetapkan hari raya Nyepi sebagai hari libur nasional.

Sehingga masyarakat membuat perwujudan rasa gembiranya dalam bentuk onggokan atau kini dikenal dengan sebutan Ogoh-Ogoh.

Makna Ogoh-Ogoh menurut masyarakat Bali tidak hanya sekedar patung raksasa yang diarak keliling desa kemudian dibakar begitu saja. Akan tetapi Ogoh-Ogoh merupakan gambaran sifat buruk manusia yang harus dimusnahkan.

“Ogoh – ogoh di percaya oleh masyarakat Jati Bali untuk menetralisir hal-hal negatif,” ucap Budi Artana.

Gambaran sifat buruk manusia itu diperumpamakan dalam wujud Bhuta Kala. Berdasarkan ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tidak terhitung dan tidak dapat dibantah.

Tak hanya Bhuta Kala saja, dalam perkembangannya Ogoh-Ogoh juga dibuat dalam bentuk makhluk-makhluk yang ada di neraka seperti Widyadari, naga, gajah, dan lain sebagainya.

Ogoh-Ogoh yang dibuat selanjutnya akan diarak keliling desa dengan diiringi oleh gamelan Bali yang disebut Bleganjur. Warga akan bergantian memikul Ogoh-Ogoh dan menggoyangkannya hingga anggota badannya terlepas. Saat berhasil lepas warga akan bergembira dengan menyorakinya.

Selanjutnya mereka akan berkumpul disatu titik untuk membakar patung raksasa itu. Pembakaran Ogoh-Ogoh dalam konteks hari raya Nyepi, mengandung makna untuk melebur dan membuang segala sifat negatif dalam diri manusia. Sehingga ia bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi. (B)

Laporan: Riswan
Editor: Hasrul Tamrin

  • Bagikan