Pesawat Anoa Terbakar di Bandara Halu Oleo

  • Bagikan
Personel keamanan bandara saat evakuasi korban terbakarnya Anoa Airlines dalam simulasi penanggulangan keadaan darurat bandar udara. Foto: Rian Adriansyah / SULTRAKINI.COM

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Pesawat Anoa Alirlines terbakar di Bandara Halu Oleo, Kendari, Senin (26/9/2016) sekitar pukul 10.30 Wita pagi ketika hendak mendarat dilandasan usai terbang dari  Bandara Hasanuddin Makassar.

Dalam peristiwa ini, sebanyak 60 penumpang yang menaiki pesawat naas itu berhasil diselamatkan pihak keamanan bandara, Basarnas serta TNI AU yang langsung mengerahkan tiga unit mobil pemadam kebakaran milik Bandara HO.

Dugaan sementara, pesawat tersebut mengalami gangguan mekanis sehingga hilang kendali  dan keluar landasan pacu (runway) saat akan mendarat. Dugaan ini diketahui dari munculnya percikan api pada mesin yang berada di sebelah kiri badan pesawat.

Beruntung, seluruh penumpang dapat dikeluarkan sebelum api membesar. Kesiapsiagaan petugas keamanan yang didukung Tiga unit mobil pemadam kebakaran milik Bandara HO juga bekerja maksimal sehingga dalam waktu 10 menit api dapat dipadamkan.

Beberapa penumpang yang mengalami gangguan pernafasan akibat menghirup asap hitam dari mesin yang terbakar langsung ditangani oleh tim medis yang siaga lengkap lengkap dengan mobil ambulans.

Kecelakaan pesawat Anoa Airlines tipe Boeing 737-300 ini merupakan simulasi penanggulangan keadaan darurat bandar udara untuk meningkatkan kesiapsiagaan aparat keamanan, peralatan pendukung serta tim medis dalam menghadapi resiko gawat darurat.

Kepala Unit Pelaksana Bandar Udara (UPBU) Halu Oleo, Kolonel Pnb Sarmanto, mengatakan latihan simulasi penanggulangan keadaan darurat bandar udara yang dilaksanakan dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir sejak 2005 silam.

“Simulasi ini merupakan program yang sudah diamanatkan untuk jaminan keamanan dan keselamatan penerbangan serta untuk menunjukkan kemampuan personil maupun peralatan latihan penanggulangan keadaan darurat,” ungkapnya kepada awak media yang hadir di lokasi. 

Menurut Sarmanto pelatihan simulasi ini harus rutin dilaksanakan, ia menambahkan simulasi masih kurang jika hanya dilaksanakan dua tahun sekali saja. Dijelaskannya juga, simulasi seperti ini terakhir dilaksanakan pada 2005 lalu.

Latihan penanggulangan darurat tersebut bertujuan untuk menjaga kemampuan personil khususnya dalam meningkatkan fungsi komando, koordinasi dan komunikasi antar stake holder dalam rangka meningkatkan keselamatan dan keamanan terhadap pelayanan maksimal, meskipun latihan simulasi ini berjalan lancar namun masih banyak kekurangan yang harus dievaluasi oleh pihak keamanan bandara kedepannya.

“Kita akan evaluasi apa saja kekurangan saat latihan simulasi, kalau ada kekurangan kita bicarakan dirapat evaluasi, apa yang kurang kita benahi lagi,” pungkas Sarmanto.

  • Bagikan