Petani Padi Sawah Amohalo Mengharapkan Produksi Meningkat

  • Bagikan
Penyerahan Pupuk Organik untuk Petani di Kawasa Amohalo Kecamatan Baruga Kota Kendari. (Foto: Wa Rifin/SULTRAKINI.COM)
Penyerahan Pupuk Organik untuk Petani di Kawasa Amohalo Kecamatan Baruga Kota Kendari. (Foto: Wa Rifin/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Kelompok Tani Kawasan Amohalo, Kelurahan Baruga mengharapkan hasil penandatanganan kerjasama klaster ketahanan pangan Padi Sawah dalam rangka pengendalian inflasi Kota Kendari oleh BI, Pemkot, dan pihak Pupuk Kaltim Sultra , hari ini Selasa (26/10/2021) dapat meningkatkan jumlah produksi hingga 80 ton pertahun.

Ketua Kelompok Tani Samaendre, Arif Fampe, mengatakan setiap produksi tahun ketahun di Kawasan Amohalo hanya sekitar 4,5 ton sampai 50 ton dengan penggunaan pupuk 50 organik dan 50 pupuk an-organik.

“Dengan adanya kerjasama ini kita mendukung sekali, mudah-mudahan dapat meningkatkan penghasilan petani, seperti saya katakan tadi petani ini butuh bukti tidak butuh teori lagi, semoga program ini bisa mencapai 8 ton hasil produksi kami,” ujar Arif Fampe, Selasa (26/10/2021).

Menurutnya, beras hasil dari petani Amohalo aman dari pestisida karena berasnya organik. Jadi kawasan padi sawah tersebut sangat berpotensi jadi lumbung padi organik di Kota Kendari.

Sementara itu, saat ini petani akan mulai untuk pemberian pupuk organik dengan bantuan dari Pupuk Kaltim dalam penjanjian kerjasama antara Bank Indonesia, Pemerintah Kota Kendari dan Pupuk Kaltim hingga 2024 mendatang.

“Untuk kami petani pemakaiannya sekitar 25 persen dari hasil produksi itu. Jadi disini ada beras Owoha untuk ASN Kota Kendari kerjasama dengan Bulog dan yang banyak stoknya sekarang beras Mekongga dan Tarik 33,” katanya.

Ketua Petani itu juga membeberkan kendala yang dihadapi saat ini yakni adanya hama padi, tikus dan untuk masalah saluran air sudah mulai bagus.

“Untuk panen irigasi sudah aman hanya masih kurang perlu ditambah lagi,” pungkasnya.

(Baca juga: Kawasan Padi Sawah Amohalo akan Dibentuk menjadi Lumbung Pangan)

Sementara itu, sesuai data Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Sulawesi Tenggara, dalam jangka waktu lima tahun terakhir, beras menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi terbesar di Kota Kendari, dengan rata-rata inflasi sebesar 1,8 perswn dengan andil terbesar yakni 0,20 persen. 

Deputi Kepala Perwakilan-Tim Perumusan dan Implementasi Kebijakan dan Keuangan Daerah Bank Indonesia (BI) Sultra, Taufik Ariesta Ardhiawan, menyampaikan bahwa beras memberikan andil besar terhadap garis kemiskinan yang memiliki bobot sebesar 25,73 persen terhadap kemiskinan di perkotaan.

“Jika kita mencermati perekonomian Kota Kendari, sektor pertanian termasuk dalam tiga besar sektor yang memiliki pangsa terbesar terhadap perekonomian dengan rata-rata kontribusi 11,9 persen selama 5 lima tahun terakhir,” terang, Taufik.

“Namun, pertumbuhan sektor pertanian selama du tahun terakhir mengalami kontraksi atau pertumbuhan negative (2019: -0,73 persen; 2020: -2,90 persen),” sambungnya.

Bank Indonesia menilai hal tersebut perlu mendapat perhatian baik dari pemerintah maupun stakeholders terkait agar produksi dapat berjalan secara optimal sehingga sektor pertanian mampu menopang pertumbuhan ekonomi Kota Kendari di masa mendatang. (B)

Laporan: Wa Rifin
Editor: Hasrul Tamri
n

  • Bagikan