Promosi ’10 Bali Baru’ Indonesia Lewat Buku dan Aplikasi di Kartu Nama Dubes

  • Bagikan
Menpar Arief Yahya mempromosikan 10 Bali Baru. (Foto: Beritabali.com

SULTRAKINI.COM: JAKARTA – Promosi Indonesia lewat buku sudah banyak dilakukan. Tapi yang dilakukan oleh anak-anak muda Jakarta yang tergabung dalam wadah Dana Dyaksa Nusantara (DDN) ini sungguh berbeda. Buku yang bercerita tentang Indonesia dari ujung barat sampai ujung timur ini “dikemas” pula dalam bentuk aplikasi digital yang menyatu dengan kartu nama.

Ya, selain tercetak dalam bentuk fisik buku full colour berjudul “Indonesia, Treasure of The Equator” ini juga “menyatu” pada kartu nama Dubes Indonesia untuk Azerbaijan Husnan Bey Fanani.

“Setiap yang mendapat kartu nama dari Pak Dubes bisa mendownload aplikasi untuk bisa mengakses isi buku ini secara free. Ini sebagai bentuk komitmen dan persembahan kami untuk Indonesia dan dukungan kami pada KBRI Azerbaijan,” jelas Yogi Arifiandy, Project Director program ini, Minggu (3/9).

Menpar Arief Yahya pun berterima kasih atas terobosan dan inovasi baru yang dilakukan Dubes Azerbaijan Husnan Bey Fanani itu. “Bagus! Menggunakan teknologi, digital, promosi Indonesia melalui buku, dan dilakukan dengan cara yang bagus! Terima kasih, inilah salah satu bentuk Indonesia Incorporated,” ungkap Arief Yahya.

Sebagai distribusi awal, Dubes Husnan Bey Fanani akan membagikan kartu namanya pada Resepsi Diplomatik pada Rabu (6/9) di KBRI Baku, Azerbaijan. Sedangkan yang berbentuk buku dicetak terbatas oleh KBRI sebanyak 200 eksemplar saja untuk dibagikan kepada pejabat pemerintah, pengusaha di Azerbaijan dan kedutaan negara-negara sahabat di Baku, Azerbaijan.

Secara rinci Yogi Arifiandy menguraikan cara mengakses buku ini. Pertama, download mCode Apps di Google Playstore (Android) atau Appstore (Apple product). “Dengan aplikasi yang sudah didownload tersebut SCAN gambar mCode yang tercetak di kartu nama Pak Dubes. Dengan demikian, buku Treasure of the Equator dapat dibaca kapan saja dan di mana saja tanpa harus membawa fisik bukunya. Secara praktis dapat dibaca dalam ukuran genggaman tangan,” tambah Yogi.

Yogi menekankan lagi, buku 172 halaman yang juga berisi destinasi wisata di 34 provinsi — termasuk 10 destinasi prioritas yang disebut dengan Bali Baru– ini, dipersembahkan untuk NKRI dan Dubes Husnan Bey Fanani. “Karena pak Dubes sangat NKRI dan menghargai kami sebagai insan kreatif Indonesia,” tandasnya.

Selain kekuatan pariwisata, keindahan alam, buku ini juga bercerita soal kekuatan sumberdaya manusia, sumberdaya alam, ketahanan pangan, budaya dan seni. Juga soal semakin berkembangnya bisnis kreatif. Indonesia tidak bisa lagi dipandang sebelah mata dengan kemunculan start up di industri kreatif ini.

Buku juga mengungkap kesiapan infrastruktur Indonesia dalam menerima tamu wisatawan mancanegara. Berbagai pembangunan infrastruktur dilakukan untuk menyambut peningkatan jumlah wisatawan yang sangat signifikan jumlahnya.

“Kami juga berikan semacam panduan bagi mereka yang datang ke-34 provinsi di Indonesia. Misalnya ke Sumatera Utara. Sebaiknya ke mana saja, makanannya apa saja, suvenir cari di mana dan seterusnya,” terang Yogi.

Di bagian awal buku diceritakan sejarah terbentuknya NKRI. Mengapa bangsa yang terdiri dari berbagai macam etnis dan agama juga pulau bisa bersatu dalam NKRI. Apa yang mendorong kerajaan-kerajaan di Nusantara bergabung menjadi NKRI.

Buku ini juga memuat dua buah lagu yang isinya sesuai dengan “semangat” yang ada di dalam buku. Yang pertama lagu “Kolam Susu” milik Koes Plus dan kedua lagu “Tanah Airku” karangan Ibu Sud. Lagu Koes Plus menunjukkan suara insan seni tentang suburnya negeri Zamrud Khatulistiwa ini. “Tongkat kayu dan batu pun jadi tanaman,” ungkap Yogi.

Sedangkan lagu Ibu Sud menggambarkan kecintaan orang-orang Indonesia pada tanah airnya. Di manapun mereka berkarya, ada kerinduan dan kebanggaan untuk kembali ke tanah air. Ke pangkuan Ibu Pertiwi.

Buku ini dikerjakan oleh Tim Dana Dyaksa Nusantara selama enam bulan. Selain Yogi, ada Ade Munadi, Decca Evry Nugroho dan Furqon Robbi Abdillah. Ada pula Almadira Kanita (art director), tiga fotografer Dissy Ekapramudita, Agus Nur Rokhmad, Wijayanto, dan kontributor Burhan Primanintya, Rohidin Firda Noval Kausar dan Sigit Ismaryanto. Lalu ada Yorgi Gusman (copy writer) dan Ika Hartantiningsih (translator).

Ke depan “buku” ini masih bisa ditambah konten-nya dan dikembangkan sesuai kebutuhan. Bahkan platform serupa bisa pula dikembangkan untuk keperluan lain.

(KEMENPAR RI)

  • Bagikan