‘Putri yang Tertukar’ di Bahteramas

  • Bagikan
Bayi mungil milik MUnir Aswandi dan Sitti Aisyah yang sempat tertukar di RS Bahteramas Kendari. (Foto: Gugus Suryaman/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Nyaris saja Munir Aswandi dan Sitti Aisyah Syam Mongkito membesarkan anak orang lain. Dan hampir saja kisah sinetron ‘Putri yang Tertukar’ terjadi di Sulawesi Tenggara, jika bayi keduanya masih tertukar di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari, Sabtu (13/8/2016).

Munir Aswandi kaget bukan kepalang, ketika diberitahu istrinya bahwa bayi yang dirawatnya selama dua hari satu malam di pangkuannya, adalah bukan darah daging mereka. Munir pun uring-uringan, menuntut para bidan dan perawat di RS milik Pemerintah Provinsi Sultra itu mengembalikan anaknya.

Untungnya, para petugas kesehatan di RS Bahteramas menemukan bayi mungil Munir dan Aisyah. Para petugas lalu meminta maaf dengan santainya, seolah insiden ini hanya tertukarnya sandal yang kapan pun dapat dicarikan gantinya, atau persoalan selesai dengan membeli sandal baru.

“Memang kata maaf itu penyelesaian masalah. Tapi apakah kita lantas bisa langsung menerima begitu saja?” keluh Munir kepada SULTRAKINI.COM saat menceritakan resahnya, Sabtu (13/8/2016) malam.

Sitti Aisyah melahirkan pada Kamis (11/8/2016), sekitar pukul 15.00 Wita melalui operasi sesar. Anak keempatnya itu lahir dengan jenis kelamin perempuan, berat 3,4 kilogram dan panjang 50 sentimeter.

Suami dan kakak Aisyah, sempat memotret putri imutnya itu sesaat setelah lahir, menggunakan kamera handphone. Foto itu kemudian diunggah ke grup media sosial keluarga, sebagai tanda kegembiraan bertambahnya keluarga baru. Mereka pun bersuka cita, dan menilai sang bayi mirip kakeknya atau ayah Munir di Desa Bangkali Kecamatan Watopute Kabupaten Muna, yang berciri hidung mancung.

Pasca melahirkan itu, Aisyah pun berpisah sementara dengan anaknya karena harus menjalani perawatan usai dioperasi. Besoknya, Jumat (12/8/2016) pagi, ibu dan bayi dipertemukan kembali di ruang observasi RSU Bahteramas, setelah sang bayi dimandikan.

Aisyah sempat berceloteh, selimut, bedak dan sabun bayinya berubah, tidak sama dengan yang dipakaikannya. Selimut dan peralatannya semua berwarna Pink. Setelah dimandikan, semuanya berbeda.

“Abinya (ayahnya.red) bilang mungkin petugas rumah sakit menukarnya,” tutur Aisyah yang ditemui di ruang Delima, tempatnya dirawat.

Dia pun tak mempermasalahkan itu kemudian. Sang bayi dikasihinya penuh cinta. Diberi ASI yang cukup, didekap serta diselimuti dengan baik. Bahkan selimut dilapisi tiga lembar karena dinginnya AC ruang observasi.

Kadang-kadang, Aisyah juga berceloteh bahwa hidung anak yang disusuinya pesek. Sehingga saat difoto lagi dan diunggah di grup media sosial keluarga, sang bayi disebut-sebut mirip kakek dari pihak ibunya, orang tua Aisyah yang tinggal di depan kantor PLN Raha, Kabupaten Muna.

Di ruang yang sama, tepat bersebelahan dengan pembaringan Aisyah yang hanya dibatasi tirai, terbaring seorang ibu asal Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka, yang juga selesai menjalani operasi sesar. Namun bayinya mendapat perlakuan berbeda.

Bayi tersebut dirawat oleh neneknya, dan sering terdengar menangis. Sang bayi tak mendapat ASI karena ibunya tak menghasilkan susu. Sehingga hanya diberi susu pabrikan. Selimutnya pun hanya diberi selapis, akibatnya hidung sang bayi mampet terserang pilek.Sabtu (13/8/2016), Aisyah dipindahkan dari raung observasi ke ruang perawatan Delima. Ruangan kelas I untuk pasien peserta BPJS kesehatan.

Di sana, sekitar pukul 17.00 Wita, Aisyah baru memperhatikan gelang di tangan bayinya. Alangkah kagetnya dia, ketika mengetahui bahwa anak yang selama dua hari satu malam dirawat penuh kasih itu adalah milik orang lain. Tertulis di gelangnya bayi Ny Nurlina. Lahir pada hari yang sama dengan bayinya, berat dan panjang juga nyaris sama.

“Istri telepon saya yang saat itu saya masih di masjid, katanya ini bukan anakmu, ini bayinya Nurlina,” kata Munir mengutip pernyataan istrinya saat itu.Munir pun bergegas ke ruangan para petugas RS. “Saya bilang sama mereka, itu bayi yang ada sama istri saya bukan anakku. Mana anakku, kembalikan,” geram Munir kepada para perawat.

Bahkan, Aisyah yang baru dua hari perutnya dijahit pasca operasi, turun ranjang untuk mencari bayinya. Dia tak lagi mempedulikan kondisi badannya yang seharusnya istirahat total di pembaringan.

Para perawat lalu berhamburan panik. Mereka mencocokkan bayi yang ada pada Aisyah dengan datanya. Setelah memastikan bahwa anak tersebut memang milik Nurlina, mereka lalu mencari ibu Nurlina dan mencocokkan bayinya.

Bayi yang ada di pihak Nurlina, yang saat itu digendong neneknya, tidak memiliki identitas di gelangnya. Sehingga sang nenek menolak menukar bayinya. Sempat terjadi perdebatan, sebab kedua bayi itu hampir mirip. Warna kulit, bentuk wajah, berat dan panjang badan nyaris sama.

Untungnya, suami Nurlina memperhatikan dengan seksama bayi yang ada pada mertuanya. Dia pun memastikan bahwa itu bukan anaknya. Akhirnya, kedua putri yang tertukar itu kembali pada orang tua masing-masing.Ternyata, saat di ruang observasi, Nurlina dan Aisyah baring berdampingan hanya dibatasi tirai. Diduga, perawat yang mengurus bayi mereka keliru memberikan bayi masing-masing. Sebab data di boks bayi dengan di gelangnya sama-sama berbeda

.”Jika saja Allah berkehendak lain, saat saya sudah pulang di Raha dan mereka di Pomalaa baru sadar bahwa ini bukan anak kami, bagaimana jadinya? Apakah pihak Rumah Sakit mau bertanggung jawab? Kalau ada apa-apa?” ujar Munir yang juga kader PKS ini.

“Saya mau tanya direktur rumah sakit rujukan ini, kalau misalnya anaknya dia yang tertukar, bagaimana perasaannya. Kalau dia bisa jawab itu, berarti selesai urusan,” sambungnya.

Munir menyesalkan pihak rumah sakit yang tidak taat standar operasional prosedur (SOP). Para petugas RS hanya meminta maaf dan melemparkan kesalahan pada mahasiswa yang sedang praktek di tempat itu.

“Kita tidak ingin mencari kesalahan. Tapi bagaimana bentuk tanggung jawab rumah sakit. Ada berapa banyak bayi yang dilahirkan di sini, siapa yang menjamin bahwa hal ini tidak berulang. Untung kalau ketahuan seperti ini,” kata Munir yang mengaku ingin bertemu DIrektur RSU Bahteramas, Senin (15/8/2016).

Sayangnya, hingga kini belum ada pihak RSU Bahteramas yang dapat dikonfirmasi. Publik berharap, kejadian ini tak melunturkan kepercayaan kepada rumah sakit rujukan tersebut.Sitti Aisyah memilih melahirkan di RSU Bahteramas, atas saran dari pihak keluarga. Sebab dia sudah tiga kali operasi sesar saat melahirkan tiga anaknya. Dua putra dan kini dua putri.

Editor: Gugus Suryaman

  • Bagikan