Radikal Sama dengan Korupsi dan Korupsi Lebih Kejam dari Kelompok Radikal dan Mereka Berada dalam Lingkungan KitaBy. AlmualamMemahami KorupsiIstilah korupsi telah menjadi hal yang lumrah bagi setiap masyarakat kita di Indonesia, dari anak-anak hingga orang dewasa. Ibarat sebuah sinetron yang berganti episode dan berganti peran, terkenal dan terpopuler, Mempengaruhi dan menggerakan mental untuk melakukan peran yang salah.Korupsi tidak hanya eksis di dunia birokrasi, upaya dan prakteknya telah memasuki tatanan masyarakat luas, mendidik dan membangun bibit-bibit di lingkungan kita, baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan instansi-instansi dengan tupoksi yang berbeda-beda. Melalui data ICW (Indonesian Coruption Watch) dalam bahasan trend pemberantasan korupsi 2014 disebutkan lebih dari 25 instansi di Indonesia yang telah melakukan upaya dan praktek korupsi dengan jumlah pelanggaran yang berbeda-beda. Dinas pendidikan misalnya, dilaporkan mencapai 19 kasus korupsi yang dilakukan pada semester I di tahun 2014 dan meningkat sebesar 27 kasus pada semester II, dinas pekerjaan umum sebesar 20 kasus, dan tertinggi adalah pemerintah daerah sebesar 97 kasus.Kasus-kasus tersebut kemudian menjadi mulus dilakukan dengan adanya praktek usaha untuk menutupi perbuatan korup dalam bentuk-bentuk pengesahan hukum, dan menunjukkan fungsi ganda yang kontradiktif pada mereka yang melakukan korupsi. Hal ini kemudian menjadi sebuah kebiasaan dan budaya yang dipertontonkan, selanjutnya menjadi contoh buruk bagi masyarakat dan generasi muda khususnya.Membangun Presepsi tentang Kejahatan Korupsi di atas Pergerakan RadikalPada hakekatnya pembicaraan mengenai korupsi beserta kasus-kasus yang ada di dalamnya sewaktu-waktu menjadi hilang dan menjadi hal yang biasa dengan hadirnya kasus baru dan populer yang diberitakan di masyarakat. Satu hal yang menjadi contoh ketika munculnya pemberitaan mengenai gerakan radikal yang mengatas namakan ISIS (Islam of State Siria) isu populer ini sejenak menghilangkan ingatan masyarakat dan tekanan terhadap pelaku kasus korupsi di negara ini, akibat presepsi masyarakat yang mengganggap kelompok radikal ini memiliki kejahatan yang jauh lebih besar dengan beberapa bentuk pembantaian yang dilakukan dibanding dengan kejahatan korupsi yang hanya mengambil uang saja.Sebuah kekeliruan besar mana kala pemikiran tersebut benar-benar berkembang di kalangan masyarakat, sehingga yang menjadi pokok penjelasan adalah kejahatan korupsi adalah kejahatan menempatai posisi yang sama atau berada satu tingkat diatas kejahatan oleh kelompok radikal, dikatakan sama sebab pergerakan kelompok radikal memiliki pengaruh yang cukup besar untuk melibatkan masyarakat secara luas khususnya generasi muda untuk ikut dan bergabung dalam pergerakan untuk tujuan yang sama dalam kelompok tersebut. Hal tersebut terdengar sama dengan korupsi yang di dalamnya terdapat praktek koruptor yang mempengaruhi pikiran seseorang untuk bergerak dalam usaha yang sama dengan tawaran upah yang sangat besar.Alasan selanjutnya korupsi dikatakan berada satu tingkat diatas kejahatan dari kelompok radikal adalah disebabkan dalam jumlah korban yang dihasilkan oleh kelompok radikal tersebut dapat mencapai ratusan hingga ribuan dan hanya dalam cakupan wilayah operasi yang dilakukan, sementara praktek korupsi yang dilakukan oleh koruptor dapat memperoleh korban jutaan hingga ratusan juta, dari generasi muda, merusak pola pikir, dan menjatuhkan nama dan martabat baik sebuah Negara. Sehingga inilah yang menjadi alasan bahwa Radikal Sama dengan Korupsi dan Korupsi Lebih Kejam dari Kelompok Radikal (R = K > R) dan mereka berada dalam lingkungan kita.Solusi Dini Korupsi di Lingkungan KitaMemahami akar permasalahan korupsi merupakan salah satu cara untuk memetik buah rasa anti korupsi, paling tidak melalui akar permasalahan tersebut semua pihak dapat berpikir tentang solusi yang diperlukan. Melalui lingkungan paling kecil seperti keluarga misalnya, akar permasalahan berupa kebiasaan buruk anak yang mengambil uang orang tua tanpa izin, berbohong dan berlaku kasar akan menjadi bibit baik sebagai koruptor kedepannya, sehingga solusi yang perlu dilakukan khususnya orang tua adalah dengan membimbing dan mengarahakan, serta mendampingi anak-anak secara rutin, mengajarkan moral, agama, dan integritas yang baik.Begitu pula dalam lingkungan sekolah akar permasalahan berupa kebiasaan buruk siswa mencontek pada saat ujian, bolos, dan sebagainya juga menjadi satu hal yang mengarahkan diri pada kebiasaan seorang koruptor, sehingga upaya keras yang perlu dilakukan oleh guru-guru adalah mendidik dan mendekatkan siswa-siswi tersebut ke arah pembelajaran moral dan agama, mengintroduksi seluruh mata pelajaran yang mengandung nilai-nilai moral, dan pemahaman terhadap kejahatan tindak pidana korupsi. Dengan demikian apabila telah dilakukan pembinaan yang baik secara dini dan dimulai dari lingkungan kecil di sekitar kita terhadap akar yang menjadi permasalahan korupsi tersebut maka harapan untuk mengurangi dan menghilangkan status kita sebagai negara terkorup perlahan dapat mudah tercapai. (*)(Referensi Data : Husodo, A.T., Langkun, T.S., Abid, L., Wijaya, S., Fitri, O., Frinka, Y., Alamsyah, W. 2014. Trend Pemberantasan Korupsi 2014. Divisi Investigasi dan Publikasi. Indonesia Corruption Watch. 23 hal) Peserta Lomba Artikel Anti Korupsi 2015Kategori: Mahasiswa
Nama : Almualam
Tempat Tanggal Lahir : Tolandona, 18 Oktober 1994
Alamat : Perdos, UHO, Blok U. No 13
Telepon : 0852 1727 8457
E-mail : [email protected]