Rahasia Kain Tenun Muna yang Dikenal Sejak Ratusan Tahun

  • Bagikan
Pakaian tenunan khas Muna dari pewarna alam (tengah). (Foto: Arto Rasyid/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: MUNA – Bicara kain tenun di Provinsi Sulawesi Tenggara, tentunya Kabupaten Muna punya kekhasan tersendiri. Perbedaanya dapat dilihat dari motif, warna dan jenis kain. Tapi tahukah kamu bahwa tenun Muna ternyata terlukis di dinding Gua Liang Kobori, Desa Liang Kobori, Kecamatan Kontunaga sejak zaman pra sejarah.

Menurut Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Muna, Yanti Setiawati Rusman, dinding gua itu terdapat lukisan pola hidup masyarakat di zamannya. Mulai dari hewan kuda sebagai alat transportasi, layang-layang kaghati, cara bertahan hidup dan lukisan kain tenun yang dipercaya proses pengolahannya telah dilakukan masyarakat setempat sejak ratusan tahun lalu untuk digunakan pada acara adat.

Masyarakat kala itu masih menggunakan pewarna alami yang diperoleh dari tumbuhan, misalnya kayu pohon nangka untuk pewarna hitam dan daun mangga sebagai pewarna hijau.

Seiring perkembangan zaman kain tenunan Muna telah banyak dikreasikan dengan tren masa kini. Namun tidak meninggalkan kekhasan jenis pewarna yang bersumber dari alam. Begitu juga sektor pasarnya yang tersebar baik lokal, nasional dan Internasional.

“Kita punya motif-motif tradisional yang dipakai pada acara adat, sudah ada sejak nenek moyang kita, hanya saja sekarang kita mengikuti perkembangan zaman baik motif hingga bahannya yang boleh dikata sejenis bahan katun. Pengrajin kita di sana (Muna) mewarnai sendiri, warnanya diambil dari kayu nangka, daun mangga dan banyak lagi sehingga menghasilkan paduan warna seperti warna kuning, biru,” kata Yanti kepada SultraKini.Com Selasa (25/04/2017).

Kabupaten Muna juga mempromosikan beragam motif tenunan dan peralatan menenun di stand rumah adat pada perayaan “Pesona Halo Sultra” ke-53 di eks MTQ Kendari.

(Baca: Stand Rumah Adat Muna Tampil Beda di Pesona Halo Sultra ke-53)

Ada juga dikenal tenun jenis lain yang orang setempat katakan sarung dari tenun biasa bukan tenunan dari pewarna alam. Jenis ini pun cukup diminati konsumen lokal dan nasional. “Sarung (kain tenun biasa) cukup digemari dari tingkat lokal, provinsi maupun nasional hanya saja bahannya beda,” ucapnya yang juga istri Bupati Muna, LM.Rusman Emba.

Laporan: Arto Rasyid

  • Bagikan