Ratusan Ton Jagung di Kolaka Terancam Rusak

  • Bagikan
Komisi II DPRD Kolaka saat menngunjungi petani Jagung di Desa Pewutaa, Kecamatan Baula (foto : Sumardin / SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM : KOLAKA – Ratusan ton hasil panen Jagung di Desa Pewutaa, Kecamatan Baula, Kabupaten Kolaka terancam rusak. Pasalnya, selain kesulitan pemasaran, harga jual yang dibandrol tengkulak pun terus merosot tajam.

 

Dinas Koperasi dan Perdagangan maupun Dinas Pertanian setempat terkesan tak mau pusing dengan hasil produksi jagung petani yang melimpah.

 

Idealnya paska panen, petani akan menikmati hasil jualan, tapi faktanya justru tercekik utang dari biaya panen yang rata – rata mencapai Rp2 juta per hektar. Sedangkan areal tanam Jagung di Desa Pewutaa seluas 104 hektar.

 

\”Bukan menikmati hasil panen tapi kami petani justru terlilit utang biaya panen. Kami binggung mau dijual kemana Jagung ini. Kalau pun ada pembeli lokal harganya hanya Rp2500 per kilo, padahal sebelum panen harganya bisa Rp5
ribu. Jadi kami ini petani tidak berdaya,\” keluh seorang petani, Sahruddin ditemui di kediamannya, Minggu (17/4/2016).

 

Komisi II DPRD Kolaka saat menyambangi petani di desa yang dipimpin Saniasa, akhir pekan lalu, sangat prihatin melihat stok Jagung yang menumpuk di rumah petani.

 

\”Pemda Kolaka jangan hanya memberikan bibit kepada petani kemudian lepas tangan. Kasihan petani susah payah menanam tapi setelah panen tidak ada pembeli,\” kata Ketua Komisi II, Sainal Amirin ketika melakukan monitoring, Jumat (15/4/2016).

 

Menurut Sainal Amrin, Pemda Kolaka seharusnya sebelum petani disuruh menanam Jagung, dinas terkait wajib mencari dulu akses pasar.

 

\”Kalau perlu sebelum petani disuruh menanam, Pemda dan pihak perusahaan harus membuat perjanjian kerjasama. Nah, kalau begini keadaannya kasihan petani cape menanam ada hasil hasil tapi tidak ada pembeli,\” tutur Sainal.

 

Terkait hal itu, Komisi II akan memanggil Dinas Koperasi dan Perdagangan termasuk Dinas Pertanian. \”Awal pekan kami akan hearing instansi terkait,\” ujar politisi Hanura itu.

 

Keluhan petani rupanya juga dialami di Kelurahan Tandebura, Kecamatan Watubangga. Di Tandebura, petani Kedelai juga merasakan sulitnya pemasaran.

 

\”Kami juga temukan di Kelurahan Tandebura, petani keluhkan susahnya menjual kedelai. Kalaupun ada pembeli, harganya dimainkan para tengkulak. Jadi, permasalahan ini harus segera dicarikan solusinya,\” terang Sainal lagi.

  • Bagikan