SULTRAKINI.COM: KONAWE UTARA – Wakil Bupati Konawe Utara (Konut), Raup mengaku penyebab banjir yang merendam Kecamatan Landawe, Langgikima, Oheo, dan Kecamatan Wiwirano bukan dampak tambang maupun aktivitas perusahaan sawit di wilayah setempat.
“Tidak ada aktivitas kebun sawit yang menyebabkan banjir, apalagi aktivitas tambang. Di sana itu hutannya masih sangat lebat, saya bisa pastikan dan kita jelajahi bersama hutannya, tidak ada eksploitasi apa-apa. Jika tidak percaya bisa sama-sama turun lapangan langsung meninjau,” kata Raup, Selasa (22/5/2018).
Menurut dia, salah satu desa yang tenggelam Desa Landawe, Kecamatan Asera misanya. Wilayah ini berada di ketinggian dan jauh dari tepian sungai, namun ikut dilanda banjir yang tingginya sekira lima meter. Sumber banjir berasal dari pertemuan dua sungai besar.
“Tidak relevan kalau banjir kali ini yang menimpa daerah Konut kita justifikasi karena sawit dan tambang, tapi secara ilmiah ini terjadi adanya curah hujan yang berlangsung selama sembilan hari atau non stop. Ini kejadian banjir murni faktor alam,” tambah Raup.
Informasi dihimpun SultraKini.Com, meluapnya air sungai Wiwirano, Lalindu, dan Sungai Landawe menenggelamkan 34 rumah di Desa Polora Indah, Kecamatan Langgikima; 20 rumah di Kecamatan Landawe; 25 rumah di Desa Tambakua; tujuh rumah hanyut terbawa arus yang berasal dari Sungai Wiwirano setinggi empat meter hingga pada Selasa, 22 Mei 2018.
“Terjadi kerugian materil cukup besar. Positifnya (banjir), daerah perkebunan yang terkena banjir akan subur karena adanya humus dan topsoil yang datang akibat banjir,” ujar Raup.
(Baca juga: Ribut-ribut Soal TKA di Morosi, Parinringi: Tugas Pemda Hanya Memfasilitasi Investor)
Laporan: Sulham Tepamba
Editor: Sarini Ido