Repetisi Gempa Lombok

  • Bagikan

Duka kembali menyelimuti negeri. Dalam waktu kurang lebih sepekan ini rentetan gempa hebat mengguncang Lombok, NTB dan sekitarnya yang telah menelan ratusan korban jiwa. Sejak gempa pertama terjadi pada Minggu, 29 Juli 2018 pukul dengan kekuatan mencapai 6.4 SR, gempa susulan terus terjadi ratusan kali. Hingga Jum’at, (10/8) pukul 17.00 WIB  tercatat gempa susulan mencapai 474 kali (CNNIndonesia.com, 11/08/2018).

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, gempa susulan dengan skala kecil akan terus terjadi hingga empat pekan ke depan di wilayah Lombok. Gempa susulan berada pada kisaran 5,0 SR dan tidak berpotensi menimbulkan kerusakan. Akan tetapi seluruh warga diingatkan untuk siap mengahadapi resiko karena gempa Lombok kali ini adalah siklus 200 tahunan dari patahan Flores (Liputan6.com, 10/08/2018).

Catatan sejarah pun menunjukkan bahwa Lombok sudah sering diguncang gempa merusak. Berikut daftar gempa merusak yang terjadi di Lombok: (1) Gempa dan Tsunami Labuantereng, Lombok 25 Juli 1856; (2) Gempa Lombok 10 April 1978, berkekuatan 6,7 SR; (3) Gempa Lombok 21 Mei 1979, berkekuatan 5,7 SR; (4) Gempa Lombok 20 Oktober 1979, berkekuatan 6,0 SR; (5) Gempa Lombok 30 Mei 1979, berkekuatan 6,1 SR; (6) Gempa Lombok 1 Januari 2000, berkekuatan 6,1 SR; (7) Gempa Lombok 22 Juni 2013 berkekuatan 5,4 SR.

Adapun bila kita menoleh ke belakang, gempa bumi memang sering sekali terjadi di Indonesia. Wilayah Indonesia memang berpotensi terjadinya gempa karena posisinya yang berada di pertemuan tiga lempeng utama dunia, yaitu Eurasia, Indoaustralia, dan Pasifik. Wilayah Indonesia juga memiliki lebih dari 200 sebaran patahan aktif. Selain itu posisi Indonesia yang berada di Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) sebuah istilah yang merujuk pada wilayah yang rawan letusan gunung merapi aktif dan gempa bumi (BangkaPos.com, 09/08/2018).

Tentu yang paling membekas dalam ingatan kita peristiwa gempa bumi dasyat dan Tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 di Aceh yang menelan korban sekitar 165.708 ribu jiwa. Gempa yang terjadi saat itu menjadi gempa dengan durasi terlama sepanjang sejarah dan gempa ketiga terdahsyat di dunia. Dan ini menjadikannya salah satu bencana paling besar yang pernah terjadi di Indonesia yang menyebabkan trauma mendalam yang seakan tak mau hilang dalam ingatan kita.

Segala bentuk bencana alam tak terkecuali gempa Aceh dan di Lombok yang terjadi memang merupakan fenomena alam yang niscaya terjadi di tengah-tengah kita. Tapi dibalik itu semua apakah kemudian peristiwa gempa yang sering sekali terjadi hanya sekedar fakta bagi kita? Tentu tidak.

Bagi seorang muslim yang memiliki keimanan bahwa ada Allah yang Maha Mengatur segalanya dan Maha Kuasa, mereka tidak hanya menilai sebuah fakta hanya dari penampakan luarnya saja. Akan tetap mereka akan selalu mengaitkannya dengan keimanan itu sendiri. Maka tentu mereka memahami betul bahwa rentetan kejadian bencana alam yang menimpa negri ini tak terkecuali gempa Lombok merupakan salah satu bukti dari banyaknya bukti kekuasaan Allah yang menjadi petunjuk bagi orang-orang yang berpikir. Barangkali kita harus duduk sejenak merenungi bahwa peristiwa gempa dan bencana alam lainnya bukan sebatas mengurai fakta, kronologis dan analisa dari segi keilmuan manusia, akan tetapi momentum untuk mengurai peristiwa manjadi sebuah keyakinan bahwa semua ini telah diatur oleh Sang Pencipta untuk menjadi bahan kita merenungi diri.

Mengenai apa yang kini telah menimpa saudara kita di Lombok merupakan sebuah ujian bagi orang beriman sekaligus peringatan bagi kaum yang ingkar kepada Allah. Ya, itu adalah ujian karena Allah tengah memberi tiket untuk menjadi orang-orang yang akan dinaikkan derajatnya. Mereka yang beriman akan mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut untuk semakin mendekatkan diri kepada-Nya. Allah tengah menguji siapa-siapa saja orang mukmin yang tetap berada dalam keimanan sekalipun musibah menimpa mereka. Sedangkan bagi kaum yang ingkar semua itu adalah peringatan langsung dari Allah untuk kembali pada keimanan dan ketakwaan kepada-Nya. Jika kemudian mereka tetap ingkar, maka mereka akan ditimpakan bencana yang lebih dahsyat lagi.

Memang sebuah fakta yang jelas bahwa negeri kita ini telah lama berada dalam kondisi yang jauh dari tuntunan dan hukum yang berasal dari Allah SWT. Hukum Allah dikesampingkan bahkan dikecilkan dan dianggap tidak lebih baik dari hukum manusia. Sehingga dapat kita lihat bagaimana banyaknya kedzaliman yang terjadi. Kesyrikan di mana-mana, syariat Islam yang agung dijadikan bahan guyonan, al-Quran dinistakan, pakaian takwa umat muslim disimbolkan sebagai teroris. Belum lagi kasus kejahatan yang lumrah terjadi disekitar kita, pelecehan seksual, pemerkosaan, pembunuhan, LGBT, Korupsi dan yang lainnya. Bagaimana mungkin semua ini tidak mengundang murka Allah?

Musibah yang terjadi saat ini baik itu gempa dan lainnya yang menimbulkan bahaya itu tidak lain disebabkan oleh dosa-dosa manusia itu sendiri yaitu tidak mengikuti tuntunan Allah. Padahal Allah telah memperingatkan kita dengan firmannya,“Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri….” (QS. Asy-syura: 30). Diantara akibat dari berbuat dosa adalah mendatangkan bencana (musibah), maka hilangnya suatu nikmat dari seorang hamba juga disebabkan oleh dosa manusia itu sendiri. Dan dosa yang telah dilakukan oleh negeri ini adalah begitu banyak perbuatan maksiat dan tidak menerapkan hukum-hukum Allah dalam kehidupan.

Seharusnya kita dapat belajar bagaiamana keadaan umat terdahulu. Dalam Al-Qur’an Allah menceritakan bagaimana mereka, “Sebagaimana kaum-kaum terdahulu, maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan diantara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur (halilintar) dan diantara mereka ada yang kami benamkan ke dalam bumi, dan diantara mereka ada yang kami tenggelamkan, dan Allah sekali-lkali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS. Al-Ankabut: 40).

Oleh karena itu seharusnya apa yang tengah menimpa saudara-saudara kita di Lombok saat ini atau pun daerah lain yang mengalami bencana, menjadi sebuah bahan muhasabah diri, masyarakat dan negara. Allah dengan jelas menjanjukan dalam Qur’an surat al A’raaf: 96 bahwa “Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahlkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi….”.

Janji inilah yang harusnya menjadi pegangan kita agar tercipta negeri yang penuh berkah dengan mendapat jaminan langsung dari Allah, yaitu kembali kepada ketakwaan dan menerapkan seluruh hukum-hukum Allah SWT. Karena itulah satu-satunya jalan untuk meraih keberkahan negeri ini seperti jalan yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat. Wallahu a’lam bishshawab.

 

Oleh: Juliatin, S.Pd(Muslimah Media Konawe)

  • Bagikan