Romantisme Cinta Ala Liberalisme

  • Bagikan
Fitriani S.Pd ( Member of Akademi Menulis Kreatif)Foto:Ist

Fitriani S.Pd ( Member of Akademi Menulis Kreatif)

Romantisme cinta penuh maksiat sebenarnya bukan baru ada dalam serial film Dilan yang heboh baru-baru ini.

Tayangan dengan hal serupa sebenarnya sudah lama mewabah di negeri ini. Bukan hanya dalam sinetron dan film-film bioskop saja, romantisme cinta yang belum halal ini sudah seringkali muncul dalam iklan,talk show,bahkan dalam acara kontes dangdutan,dll.

Romantisme cinta penuh maksiat yang heboh di bicarakan dalam film Dilan 1990 sebenarnya bukanlah hal yang baru. Tayangan dengan hal serupa sudah lama mewabah di negeri ini.Tidak hanya dari film-film di bioskop saja. Setiap hari, melalui layar televise disuguhkan sinetron tentang kisah cinta remaja.Tidak cukup hanya dengan itu, kisah percintaan belum halal juga seringkali muncul dalam iklan,talkshow,bahkan dalam acara kontes dangdutan,dll. Adegan romantis ini sontak membius kaum muda mudi yang rentan terkena virus merah jambu.Mereka menjadi “termotivasi” dari film-film yang memang bertujuan untuk membangkitkan keinginan untuk merajut tali pacaran. Sajian adegan mesra, seperti jalan bersama, suap-suapan, hingga adegan pelukan bahkan yang lebih ekstrim dari itu seolah telah

menjadi barang yang tidak tabu lagi untuk dipertontonkan. Hal ini tentu saja perlahan tertanamke dalam benak generasi muda di negeri ini. Bagaimana tidak, tak mengenalsiang dan malam, tayangan-tayangan tersebut selalu mewarnai layar kaca. Hingga banyak dari penontonnya yang menjadi "baper".

Apalagi peyaluran rasa hari ini kebanyakan di tempuh dengan cara-cara yang instan seperti melalui “pedekate” hingga akhirnya berujung hubungan tak halal yang biasa di sebut pacaran.

Hal tersebut makin melengkapi penyebab muda mudi hari ini begitu mudah mengumbar rasa.Seolah-olah Allah menciptakan rasa itu tanpa aturan sehingga bebas di ekspresikan sesuka hati.

Tak ayal dampak dari hal tersebut telah banyak kasus pelajar dan remaja hilang keperawanan, hamil di luar nikah, aborsi, pacar bunuh kekasihnya, dan kasus-kasus lain yang semua itu sesungguhnya berawal dari nafsu bertopeng cinta,alias suka sama suka yang kemudian berujung tindak kriminal. Kasus-kasus ini bahkan bersaing dengan film-film romantisme terlarang itu.

Seperti yang dilansir dari Merdeka.com. 62,7 persen anak ABG sudah tidak perawan lagi. WHO (World Health Organization) juga merilis bahwa tiap tahun, ada sekitar 56 juta janin tak berdosa yang telah di gugurkan, yang mayoritas pelakunya ialah remaja dan mahasiswa. Sepanjang bulan Januari 2018 saja, sudah tercatat 54 bayi yang dibuang.(Harianterbit.com). Belum lagi kasus ini bahkan sudah banyak membawa kematian pada pelaku aborsi. Seperti kasus yang terjadi pada penghujung tahun 2017 lalu, mahasiswa Ponorogo di temukan tewas berdarah-darah di kamar hotel karena sedang melakukan aborsi.(Beritajatim.com)

Kemudian ada juga kasus percobaan pembunuhan kepada seorang mahasiswa di salah satu Universitas di Surakarta di penghujung Januari tahun ini. Perempuan yang masih berumur 20 tahun dan sedang hamil 7 bulan tersebut dibuang oleh pacarnya sendiri ke sungai yang mengalir di bawah jembatan tempat mereka janjian untuk bertemu.(Kompas.com) Hal tersebut diatas sebenarnya menjadi hal yang wajar menimpa generasi negeri ini. Sekularisme Liberalisme yang sudah lama bercokol dan bahkan tumbuh subur bak jamur di musim hujan telah membentuk karakter generasi menjadi sosok yang menghalalkan berbagai macam cara untuk mendapatkan kesenangan, namun miskin tanggung jawab.Pemisahan agama dari kehidupan yang hingga akhirnya berbuah kebebasan berperilaku dan berbuat ini

seolah begitu eksis dinegeri ini. Seolah Islam hanya mengatur urusan diatas sajadah saja dan tidak boleh mengatur urusan lain diluar itu, salah satunya Islam tidak boleh mengatur tentang pergaulan antara pria dan wanita.

Hal ini juga makin diperparah dengan peran media dalam sistem kehidupan yang serba liberal. Media yang memang sengaja dijadikan alat untuk menyebarluaskan kebebasan itu sendiri, baik itu kebebasan berbicara ataupun bertingkah laku. Ide itu di kampanyekan secara massif dengan berbagai macam cara, baik itu melalui romantisme film, menguak kehidupan glamour dan bebas selebriti, dll. Hingga pada akhirnya semua itu menjadi kiblat generasi muda dalam kehidupan nyata mereka. Ditambah dengan lemahnya iman karena visi dan misi dalam sistem pendidikan hari ini yang hanyalah beriorentasi untuk memperoleh nilai akademik dan kesuksesan saja, sehingga pembentukan menjadi pribadi yang memiliki kepribadian Islam menjadi sesuatu yang tak mendapatkan porsi utama.

Islam Solusinya

Sesungguhnya tidak ada solusi lain dari semua permasalaham yang menimpa negeri ini selain kembali kepada islam kaffah. Hal ini tentu saja menjadi sebuah keniscayaan bahwa hanya Islam yang bisa mencabut akar masalah ini hingga keakarnya, karena paham liberal yang telah lama bercokol di negeri ini adalah akibat dari sistem yang menjamin kebebasan itu sendiri. Kesempurnaan Islam tak lagi diragukan, bahkan dalam tinta emas peradaban, Islam mampu memadukan pembinaan generasi mulai dari individu,keluarga, pendidikan juga media melalui payung negara. Negara wajib memastikan keluarga muslim memilki bekal yang mampuni untuk mendidik anak-anaknya dengan fondasi keimanan dalam betingkahlaku dan berbuat.

Sistem pendidikan dalam Islam akan memiliki kurikulum dengan asas akidah Islam

yang pastinya berkontribusi besar dalam membentuk kepribadian Islam para generasi. Selain itu, Media Massa dalam Islampun diatur dengan menyelaraskan pembinaan generasi sesuai dengan tujuannnya, karena tujuan media dalam Islam ialah untuk membuat opini publik dalam masyarakat hingga bertransformasi menjadi opini umum di tengah-tengah mereka. Yang mana di dalam negeri membangun masyarakat Islami, sedangkan diluar negeri massif mendakwahkan dan menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia.

Dalam konteks menyelesaikan masalah kebobrokan generasi, media juga sangat dibutuhkan sebagai wasilah untuk menjelaskan kembali ke umat bagaimana sistem pergaulan antara pria dan wanita dalam Islam.

Jika semua aturan Islam dijalankan sebagaiman yang pernah dicontohkanoleh Rasulullah maka akan sampailah juga pada akhirnya remaja muslim akan memahami bahwa rasa cinta yang merupakan salah satu fitrah manusia itu tidak bisa di salurkan sesuka hati. Karena Islam memerintahkan untuk kita menyalurkanya dengan menikah, bukan yang lain apalagi seperti pacaran. Bahkan kita di perintahkan berpuasa jika belum mampu.

Seperti sabda Rasulullah saw yang di riwayatkan oleh Bukhari dan Muslim “ Wahai para pemuda, barangsiapa dari kalian mampu memberi nafkah maka hendaknya dia menikah karena ia lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa belum mampu maka hendaklah menikah dia berpuasa karena ia adalah kendali baginya.

Demikianlah Islam menyelamatkan generasi, yang tentunya semua itu hanya akan terwujud jika tatanan kehidupan liberal yang berada pada sistem ini di tinggalkan dan segera beralih ke tatanan kehidupan Islami yang didalamnya mengadopsi aturan Islam secara menyeluruh didalam bingkai khilafah Rasyidah. Wallahualam bi ash-showab

  • Bagikan