SULTRAKINI.COM: KENDARI– Rumpun Perempuan Sulawesi Tenggara (RPS) menggandeng Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kota Kendari dalam upaya mengedukasi tenaga pendidik untuk mencegah kekerasan di satuan pendidikan.
Kepala Dikbud Kendari, Saemina, menegaskan bahwa segala bentuk kekerasan, baik fisik, verbal, maupun nonverbal, tidak dapat dibenarkan, termasuk bullying.
“Tindakan sekecil apa pun yang mencederai seseorang sudah termasuk bullying, dan itu tidak bisa diterima,” ujarnya dalam kegiatan talk show dan kampanye anti kekerasan di Aula Dikbud Kendari, Jumat (29/11/2024).
Sebagai bentuk komitmen, Dikbud Kendari telah membentuk Tim Pencegahan Kekerasan (TPPK) Kota Kendari, menjalin kerja sama dengan para pemangku kepentingan, serta meluncurkan deklarasi anti kekerasan dan perundungan. Selain itu, Dikbud juga menyediakan kanal pengaduan dan mendorong pemasangan CCTV di sekolah.
“CCTV bisa membantu memantau aktivitas siswa dan mencegah potensi kekerasan,” tambah Saemina.
RPS: Fokus pada Pencegahan Kekerasan
Direktur RPS, Husnawati, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian 16 hari kampanye anti kekerasan. Ia menekankan pentingnya sekolah menyediakan layanan inklusif untuk penanganan dan pencegahan kekerasan.
“Sekolah harus lebih fokus pada pencegahan, bukan sekadar penanganan. Ini tanggung jawab bersama semua elemen satuan pendidikan,” tegasnya.
Husnawati juga mengingatkan agar pendidik lebih peka terhadap kondisi siswa. “Jangan anggap kekerasan sebagai candaan. Luka sekecil apa pun adalah bentuk kekerasan yang harus diatasi,” imbuhnya.
DP3A: Edukasi sebagai Kunci Pencegahan
Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kendari, Haslita, menyoroti berbagai bentuk bullying, seperti verbal, fisik, sosial, dan cyberbullying. Menurutnya, kegiatan yang diinisiasi oleh RPS ini sangat membantu memberikan edukasi kepada satuan pendidikan.
“Pemahaman yang jelas tentang apa itu kekerasan sangat penting bagi siswa dan guru. DP3A juga rutin melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah,” ujarnya.
Ia menambahkan, keluarga memainkan peran besar dalam pembentukan karakter anak. “Anak yang terbiasa melakukan kekerasan di sekolah sering kali membawa pola tersebut dari rumah,” katanya.
Haslita berharap melalui kegiatan ini, sekolah mampu menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi siswa, serta menggerakkan Tim PPK untuk meminimalkan kekerasan.
Laporan: Riswan