SULTRAKINI.COM: MUNA – Pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Muna mengeluhkan banyaknya bidan siluman atau yang tidak terdata bekerja di rumah sakit tersebut. Saking banyaknya, tenaga medis bidan ini juga dipekerjakan untuk mengurus administrasi.
Diungkapkan Kepala Sub bagian (Kasubbag) Kepegawaian RSUD Muna, Sitti Rosna pada SULTRAKINI.COM diruang kerjanya, Selasa (30/8/2016), keberadaan bidan di RSUD tidak sesuai kebutuhan. Sebab, tenaga medis bidan lebih banyak dari pada perawat. Bahkan Ia sendiri saat ini tidak mengetahui jumlah pastinya, diperkirakan mencapai 100-an orang.
Membludaknya tenaga medis bidan di RSUD kata Sitti Rosna, merupakan kebijakan pejabat di RSUD. Padahal, kata dia, bagian kepegawaian selalu menekankan tidak boleh terlalu banyak menerima tenaga medis bidan. “Bidan yang masuk itu tanpa sepengetahuan saya sebagai kepegawaian, selalu langsung dari atasan saya Kabbag T.U yang turunkan nota tugas bidan,” tegasnya.
Menurutnya berdasarkan Analisis Jabatan (ANJAB) dan Analisis Beban Kerja (ABK) RSUD setiap tahun idealnya hanya menerima 2 bidan dan 30 perawat. “Itu yang selalu buat jiwa saya memberontak, karena tiba-tiba saja ada yang masuk baru rata-rata bidan,” keluhnya.
Dengan kondisi ini, pihaknya berharap pejabat RSUD Muna bisa menertibkan tenaga medis ini sesuai Tupoksi dan kebutuhan. “Perlu diadakan ujian kopetensi dan ketika ada penerimaan tenaga medis, harus ada kordinasi antara bidang kepegawaian dengan atasan,” pungkasnya.
Tidak hanya menjadi keluhan bidang kepegawaian, banyaknya tenaga bidan di RSUD Muna juga dikeluhkan para perawat di RS tersebut.
Kepala Seksi Diklat RSUD, Muslimat menjelaskan hal ini dikeluhkan kalangan perawat, karena justru kebanyakan tenaga bidan yang terakomodir dibanding perawat. “Perawat dan bidan disiplin ilmu dan beban kerja berbeda selama ini bidan lebih banyak mengambil peran dalam pelayanan kesehatan yang seharunya itu merupakan domain perawat” ujarnya.
“Khusus diruangan ini saja, tenaga bidan nya ada 21 orang yang saya tampung, itupun 2 orangnya ditarik ke Ruang UGD sedangkan tenaga perawat cuma 1 orang,” jelasnya.
Dijelaskannya juga, pihak RSUD terpaksa menempatkan tenaga Bidan dibagian yang bukan bidang mereka seperti didiruang perawat dan dibagian adminitrasi. Kelebihan tenaga bidan tersebut juga membuat pihak RSUD Muna kelebihan beban operasional.
Hal senada juga diungkapkan, Direktur RSUD Muna, Dr. Tutut Purwanto. Ia menjelaskan, karena RS kekurangan ruangan untuk kebidanan, bidan didistribusikan ke bangsal untuk mengantisipasi jangan sampai ada pasien melahirkan diruangan lain, selain diruang persalinan.
“Berbagi antara perawat dan bidan hampir seimbang, idealnya harus banyak perawat tetapi karena kita keterbatasan ruang dan tempat makanya kita gabung mereka,” terangnya.
Kata Tutut P, saat ini tindakan pelayanan perawatan pasien juga dilakukan oleh bidan, namun dalam pengawasan dan perintah dokter. “iya kita didik mereka untuk bisa melayani, yang sifatnya general seperti pasang infus, kateter tetapi tetap ada perintah dari dokter untuk melaksanakan dalam hal ini melakukan tindakan dalam pengawasan dokter” jelasnya.
Ia berharap, dengan berfungsinya RSUD Muna yang baru, diharapkan para perawat untuk mengajukkan diri. “Dan untuk berfungsinya RS baru, kita himbau teman perawat untuk mengajukan permohonan supaya kesannya tidak terlalu banyak bidan.