Safari Politik Ali Mazi di Konsel, Petani Inginkan Bukti

  • Bagikan
Ali Mazi (tengah) bersama tim melakukan safari politik di Kabupaten Konawe Selatan, Rabu (20/9/2017). (Foto: Aldi Dermawan/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Bakal calon Gubernur Sulawesi Tenggara, Ali Mazi, melakukan safari politik perdana di Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Rabu (20/9/2017). Hadir dalam pertemuan yang bertempat di Desa Haepodu itu, warga perwakilan dari delapan desa, yakni tiga di Kecamatan Laea dan lima dari Kecamatan Palangga.

Kepada warga, Gubernur Sultra periode 2003-2008 itu menyatakan bahwa kehadirannya di tempat mereka merupakan salah satu wujud menyatukan pemikiran dalam pesta demokrasi di Pemilihan Gubernur (Pilgub) 2018 nanti. Menurutnya, sumber daya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM) di Sultra sangat menunjang kemajuan daerah. Hanya butuh pemimpin yang dapat menyatukan dan mewujudkan pembangunan dalam bentuk nyata.

Di hadapan warga yang mayoritas petani itu, Ali Mazi menegaskan bahwa dirinya resmi maju di Pilgub bersama Lukman Abunawas yang kini menjabat Sekretaris Daerah Provinsi Sultra.

Dalam sesi tanya jawab, warga setempat mengharapkan Ali Mazi-Lukman Abunawas tidak seperti pemimpin saat ini. Harus menjadi contoh bagi yang lain. Kata warga, mereka butuh bukti bukan hanya sekadar janji politik. “Banyaknya pejabat yang tertegun dalam buih,” kata salah seorang warga yang hadir, Nipta.

Para petani, mengeluhkan perhatian pemerintah kepada mereka. Janji memberikan perhatian kepada petani hanya sebatas janji. Selain itu, mereka juga meminta diaktifkannya penyuluh di sektor pertanian secara efektif.

“Saya mewakili petani tidak mengharapkan visi misi semata dan hanya diiming-iming, tetapi kami menginginkan bukti nyata dari kinerja. Kami di sini adalah petani, sudah lama kami kekurangan pupuk. Mohon kiranya ketika bapak Ali Mazi terpilih sebagai Gubernur Sultra, dapat menuntaskan kasus tersebut,” kata Nipta. 

Ali Mazi lantas menyahuti keluhan para warga. Dia mengaku tidak akan mengumbar janji, namun berusaha mewujudkannya karena ia bekerja karena panggilan nurani.

“Saya tidak bisa berjanji karena tidak biasa menaroh janji. Tetapi ketika Tuhan menghendaki, Insya Allah semua akan teratasi, kita berangkat dari hati nurani,” tegasnya.

Laporan: Aldi Dermawan

  • Bagikan