SALING LEMPAR KURSI, APA YANG KURANG DI KONGRES V PAN?

  • Bagikan
Emrus Sihombing. (Foto: Times Indonesia)

Oleh: Emrus Sihombing (Direktur Eksekutif Lembaga EmrusCorner)

SULTRAKINI.COM: Bisa jadi belum disadari bahwa aksi saling lempar kursi yang terjadi di Kongres V Partai Amanat Nasional (PAN) kali ini setidaknya menyampaikan dua “pesan”, sekaligus kepada masyarakat yang sangat-sangat tidak menguntungkan bagi perjalanan politik PAN dalam menghadapi kontestasi politik ke depan dan juga pelaksanaan kongres itu sendiri. Lalu muncul pertanyaan kritis, apa yang kurang di Kongres V PAN ini?

Pertama, ketidakdewasaan politik. Peristiwa yang sangat memprihatinkan ini menyampaikan makna kepada publik bahwa secara umum di PAN sedang terjadi ketidakdewasaan berpolitik, dan secara khusus bagi para politisi yang melakukan tindakan saling melempar kursi di ruang kongres.

Suka tidak suka, kejadian ini bisa menimbulkan penilaian publik atau rakyat Indonesia bahwa PAN belum menjadi partai yang dapat menyelesaikan persoalan atau perbedaan politik antar faksi di PAN secara elegan dan dewasa. Perilaku saling melempar kursi menunjukkan bahwa para politisi di PAN masih bertindak yang didominasi oleh emosi. Padahal, fungsi sebuah partai memberikan teladan, pendidikan, dan kedewasaan politik kepada masyarakat yang sekaligus merupakan wadah untuk melahirkan pemimpin legislatif dan eksekutif yang mumpuni.

Menurut hemat saya, mereka yang saling melempar kursi tersebut belum memenuhi syarat sebagai anggota dan kader sebuah partai modern dan sekaligus belum layak menjadi pemimpin publik baik sebagai anggota legislatif maupun pimpinan eksekutif. Karena itu, pendewasaan politik dan demokrasi di internal PAN harus menjadi agenda yang sangat utama, siapa pun yang terpilih memimpin PAN lima tahun ke depan.

Kedua, turunnya kredibilitas para tokoh di PAN sebagai panutan. Kejadian saling melempar kursi ini sekaligus memperlihatkan kepada masyarakat bahwa kredibilitas para tokoh yang ada di PAN masih belum sepenuhnya menjadi rujukan.

Kongres sebagai wadah pengambilan keputusan tertinggi telah dinodai oleh tindakan yang tidak terpuji dengan saling melempar kursi oleh sebagian orang yang ada di sana. Pertanyaan kritis, kenapa itu bisa terjadi? Tentu, orang yang melakukan tersebut sudah tidak menghargai kredibilitas para tokoh yang ada di PAN itu sendiri. Akan lain halnya, bila salah satu atau beberapa tokoh di PAN masih kredibel di mata mereka, maka kejadiaan saling melempar kursi tidak akan terjadi.

Kredibilitas tokoh di suatu partai politik sangat ditentukan oleh perilaku keseharian para tokoh tersebut ketika berelasi dan atau menangani berbagai persoalan di internal partai. Jika para tokoh tersebut, tentu dari perspektif anggota dan atau kader partai, menunjukkan kepemimpinan yang adil, jujur, mengayomi, sabar, dapat dipercaya, menguasai di bidangnya, keimanan yang kuat, integritas yang kukuh, menjadi guru politik, tidak haus kekuasaan, yang sudah selesai dengan dirinya, serta mengedepankan kepentingan partai di atas kepentingan faksi-faksi dan kroninya, maka tokoh tersebut dipastikan akan dihargai dan dihormati oleh semua anggota dan atau kader partai.

Lain halnya bila yang terjadi penilaian yang sebaliknya dari anggota dan atau kader partai terhadap para tokoh di suatu partai, maka salah satu bentuk perilaku dari para pengikutnya melakukan tindakan saling melempar kursi di dalam suatu kongres. Jadi, peristiwa yang terjadi Kongres V PAN tersebut tidak hanya evaluasi bagi para pelakunya, tetapi yang sangat penting merupakan introspeksi mendalam bagi para tokoh yang ada di PAN itu sendiri.

  • Bagikan