SULTRAKINI.COM:KENDARI- Kima merupakan penyaring hidup yang terbilang langka di lautan dunia. Spesies kerang raksasa ini, termasuk dalam filum mollusca, kelas bivalvia yang fungsinya mampu menyeimbangkan ekosistem alam bawa laut.
Olehnya itu tak heran, keberadaan Kima di Pulau Labengki telah menjadikan kawasan tersebut berair jernih, serta kaya akan ekosistem laut sehingga menjadikan pulau tersebut, sebagai objek wisata di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara.
Hidupnya yang tidak berpindah-pindah, membuat penggemar snorkeling dan diving mudah untuk mengamatinya. Spesies ini mempunyai dua organ utama, yaitu organ keras berupa cangkang yang berbentuk lengkukan seperti kipas dan terdapat lipatan dibagian luarnya, bagian ini juga berguna sebagai identifikator. Dan organ lunak kima yang dilindungi mantel luar yang tebal dan terdapat dua lubang, yaitu inhalant siphon dan excurrent siphon sebagai jalur air.
Ada tiga fungsi kima di ekosistem laut, pertama sebagai penyedia makanan bagi hewan laut lainnya, penyaring air laut dan salah satu objek pusat wisata.
Keberadaan spesies kima, cukup membawa daya tarik bagi wisatawan Lokal maupun internasional. Atas alasan inilah juga, pulau Labengki sebagai kawasan pertumbuhan kima pun, turut memberi penghidupan warga masyarakat Desa Toli-toli, Kabupaten Konawe Selatan Sultra dengan berprofesi sebagai memadukan objek wisata.
Tak hanya menawarkan keindahan alamnya, Pulau Labengki juga memiliki menawarkan pemandangan spesies Kima endemik Labengki yang diberi nama nama Kima Boe. Keberadaannya diyakini merupakan satu-satunya di Dunia, dan yang hanya di Pulau Labengki.
Berbeda dari tempat spesies kima lainnya. Bentuk bawah lautnya menyerupai sebuah puncak gunung laut. Dan dipuncaknya berbentuk datar yang memunculkan pulau-pulau dengan lembahnya yang rimbun.
“Kima boe tidak ada diantara sepuluh jenis kima yang terdata didunia, karena dari hidupnya mengarah ke hipopus tapi modelnya tridacna, dan cuma ada dilabengki. Kima itu paspornya labengki. Semua yang membangun ini (fasilitas wisata Labengki) orang bajo, mempekerjakan mereka tidak mudah. Meski pelan-pelan mengajarkannya,” ucap Pendiri Konservasi Taman Laut Kima, Desa Toli-toli Labengki Sultra, Habib Nadjar Buduha, Minggu (20/3/2016).
Telur kima jadi makanan ikan. Bahkan 99,99 persen jadi sumber makanan ikan. Sehingga ketika laut kekurangan jumlah ikan, kima menjadi alternatif untuk mendatangkan banyak ikan. Ada juga kegunaan lain, yaitu sebagai sarang terumbu karang yang dapat hidup menempel di kerang spesies tersebut.
“Tidak ada ikan simpan kima,” tambahnya.
Fungsi lain dari kima, yaitu sebagai rehabilator alami laut. Aktivitas itu menjadikan air laut berubah jernih, utamanya tridacna skoamosa. Bahkan kedalaman 12 meter dapat terlihat jelas dengan adanya kima. Proses ini terjadi ketika kima yang ditempatkan di air laut yang kotor akan tersedot melalui saluran inhalant siphon dan mengeluarkannya kembali air jernih pada saluran excurrent siphon. Butuh 2 sampai 3 tahun untuk melihat efeknya. Kemampuan hidupnya hingga 200 tahun, menjadikan kima penyeimbang ekosistem laut.
“Jadi tidak perlu transplantasi. Butuh Jaga kima trumbu karang selamat. Berton-ton air laut dibersihkan dari satu kima setiap hari. Semua jenis polutan. Kalau berbahaya, resikonya kima tidak boleh dimakan,” jelas Habib.
Disisi lain terdapat ancaman bagi spesies kima, utamanya ketika karang raksasa ini masih berukuran kecil. Di ukurannya itu, kima rentan dimakan ikan pari, gurita dan kepiting kecil yang merusak perekat kima yang tertancap di pasir. Akibatnya kima akan mudah terseret ombak dan mengurangi fotosistesis. Tetapi saat kima besarnya sekitar 4 sampai 10 cm, kemampuan menjaga dirinya lebih baik. Ada juga ancaman manusia yang menjadikan kima sebagai bahan makanan tanpa melakukan pelestarian.
“Belum ada riset tentang pengaruh kondisi air terhadap pertumbuhan kima. Yang baru didalami fungsi ekosistemnya. Untuk menempatkan kima, paling tidak predatornya itu sedikit. Pertumbuhannya kima 2 centimeter pertahun, tapi pada tahap masih kecil. 10 tahun selanjutnya, tingkat pertumbuhannya makin rendah. awalnya cepat untuk selfair. Tinggal fungsi ekosistemnya yang dijaga,” terangnya.
Ada 10 jenis kima yang terdata di dunia, tujuh spesias ditemukan di Asia, tiga spesies lainnya termasuk langka dan hanya ditemukan di Kepulauan Fiji dan Tonga di Samudra Pasifik, yaitu Tridacna tevoroadan dan Tridacna mbalavuana. Tridacna costata hanya berada di Lautan Merah dan Tridacna rosewatery hanya ditemukan di Kepulauan Mauritius Madagascar.