Sepenggal Cerita Kakek Ompo

  • Bagikan
Kakek ompo saat menerima kartu keluarga yang diserahkan kepala desa setempat. ( Foto: Zhulfikar/ SULTRAKINI.COM)
Kakek ompo saat menerima kartu keluarga yang diserahkan kepala desa setempat. ( Foto: Zhulfikar/ SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KOLAKA – Hidup dalam kesendirian selama berpuluh tahun di tempat orang tanpa sanak saudara yang menemani kesehariannya. Tiap hari hanya berpeluh kesah dan meratap di balik gubuk reot. Inilah Kakek Ompo, sosok orang tua paruh baya yang hidup di dalam gubuk yang jauh dari kata layak. Atapnya seng berkarat dengan perabot rumah tak layak pakai lagi.

Kakek Ompo yang kesehariannya menyambungkan hidup dari mengumpulkan kelapa tua yang ia keringkan terlebih dahulu. Di kala kelapa tak lagi tersedia banyak di kebun warga, yang merasa empati dan hanya memberikan kelapa dengan iklas dan tulus kepada kakek Ompo. Sesekali kakek Ompo menggantikan pekerjaannya dengan mencari kepiting di sela-sela pohon bakau di sekitar tempat tinggalnya. Terkadang setelah menjual hasil tangkapanya hanya menerima upah di bawah Rp50 ribu. Tapi ia tetap mensyukuri apa yang telah ia dapatkan.

Kakek ompo saat menerima bantuan sembako dari warga. ( Foto: Zhulfikar/ SULTRAKINI.COM)
Kakek ompo saat menerima bantuan sembako dari warga. ( Foto: Zhulfikar/ SULTRAKINI.COM)

Menurut salah satu tetangganya Maulidin, Kakek Ompo berasal dari Sulawesi Selatan (Sulsel). Merantau di Sulawesi Tenggara (Sultra) pada saat masih berumur belasan tahun karena daerahnya di jajah oleh Belanda dan juga Jepang pada saat itu. Akhirnya bersama-sama dengan kawan sejawatnya, ia merantau ke Sultra. Awalnya kakek Ompo sempat tinggal selama 3 tahun di Desa Tamboli, Kecamatan Samaturu, Kabupaten Kolaka. Tapi penghidupan di daerah itu, menurut Ompo tidak menguntungkan baginya sehingga ia merantau di Kecamatan Pomalaa. Akhirnya tinggallah dalam kesendiriannya di gubuk reot tersebut selama berpuluh-puluh tahun lamanya.

Sampai akhirnya kesendirian itu berganti dengan senyuman polos yang terpancar dari raut muka kakek Ompo. Ketika tentang dirinya terdengar ke penjuru pelosok negeri, mengundang berbagai empati dari kalangan masyarakat luas.

Kakek Ompo dengan berbagai bantuan yang ia terima dapat berkesempatan menikmati hunian baru selepas hari Raya Idul Fitri 1439 Hijiriah.

Itulah sepenggal cerita kisah hidup seorang kakek paruh baya bernama Ompo. Semoga dapat menjadi motivasi dan evaluasi diri dikala kita tak lagi mensyukuri apa yang diberikan Tuhan kepada kita.

Laporan: Zulfikar
Editor: Habiruddin Daeng

  • Bagikan