Siswa di Konawe Kembali Belajar di Sekolah, Meski Dibatasi

  • Bagikan
Kepala Dikbud Konawe, Suriyadi. (Foto: Ist)

SULTRAKINI.COM: KONAWE – Pihak sekolah mulai menggelar pembelajaran tatap muka terbatas di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Bahkan sudah berlangsung sejak 23 Agustus 2021.

Berlakunya PTM terbatas di Konawe dipertegas dengan Surat Ederan Dinas Pendidikan Kabupaten Konawe Nomor: 800/775/DIKDBUD/2021.

“Alhamdulillah, proses belajar mengajar secara terbatas kembali dibuka, ini merupakan kabar gembira untuk para murid dan guru kita,” jelas Kepala Dikbud Konawe, Suriyadi, Jumat (27/8/2021).

Skenario PTM dilakukan dengan hanya 50 persen dari total jumlah siswa, serta jam belajarnya hanya 1-4 jam. Protokol kesehatan juga menjadi perhatian utama selama PTM ini berlangsung.

Pihak sekolah juga diharuskan selalu berkoordinasi dengan aparat pemerintah kecamatan dan puskesmas guna keberlanjutan PTM tersebut di tengah pandemi Covid-19.

Bahkan sebelum PTM ini diberlakukan, Dikbud Konawe berkoordinasi dengan pihak puskesmas untuk memastikan siswa bisa kembali belajar terbatas bukan dalam kondisi lonjakan kasus Covid-19. Sebab, PTM sempat direncanakan dibuka pada bulan lalu, namun terjadi lonjakan kasus.

“Dari laporan mereka (puskesmas) sebagian besar wilayah Kecamatan Unaaha kategori zona hijau Covid-19, kita tidak mau ambil resiko, jadi tetap dipantau,” ucap Suriyadi

Meski PTM kembali dibuka, siswa tetap harus mendapatkan izin dari orang tuanya untuk belajar di sekolah.

“Izin orang tua menjadi hal mutlak. Tanpa izin mereka PTM terbatas tidak dapat dilaksanakan,” tambahnya.

Kepala SDN 1 Ambekairi, Jusnawati. (Foto: Ist)

Kembalinya belajar di sekolah rupanya ikut disambut gembira murid SDN 1 Ambekairi. Menurut Jusnawati, selaku kepala sekolah, muridnya merasa antusias bisa kembali belajar di sekolah. Di satu sisi, para guru akan lebih maksimal mendidik mereka.

“Kami juga senang anak-anak bisa ketemu guru dan teman-temannya. Kalau belajar online masih kurang maksimal, banyak kendalanya,” ujarnya.

Kendala yang dimaksud Jusnawati, misalnya jaringan internet kurang maksimal dan sebagian murid dari kalangan kurang mampu yang tidak memiliki gawai untuk belajar online. Akibatnya, mereka harus meminjam atau belajar bersama temannya yang memiliki fasilitas tersebut.

“Kurang efektif kalau belajar online karena ada juga murid kalau dikasih tugas orangtuanya yang kerjakan,” terangnya.

PTM di sekolah ini berlangsung dengan skenario dua gelombang setiap kelas. Artinya, murid masuk sekolah pada pagi hari dan siang hari. PTM ini bisa terlaksana setelah pihak sekolah mendapatkan izin dari orang tua siswa yang dibuktikan dengan surat pernyataan.

Selama PTM juga pihak SDN 1 Ambekairi tetap menerapkan protokol kesehatan dengan menyediakan sarana mencuci tangan, antiseptik, masker, dan lainnya.

“Sesuai dari kebijakan dinas pendidikan, kita tetap jalankan prokes yang ketat,” lanjut Jusnawati. (B)

Laporan: Andi Nur Aris.S
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan