SPBN di Butur Diduga Jual BBM Diatas HET Hingga Mainkan Takaran

  • Bagikan
SPBN di Buton Utara diduga menjual BBM diatas ketetapan pemerintah tertutup (Foto: Amran Mustar Ode/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: BUTON UTARA – Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) yang beralamat di Kelurahan Bangkudu, Kecamatan Kulisusu, Kabupaten Buton Utara diduga menjual BBM subsidi diatas harga ekonomi tertinggi (HET) ketetapan pemerintah. Bahkan juga diduga jarang melayani kebutuhan BBM nelayan, dialihkan ke tempat lain.

Berdasarkan informasi yang dihimpun awak media, SPBN tersebut menjual BBM khusus nelayan jenis pertalite Rp10.500 per liternya, dan solar seharga Rp7.500 perliter. Sementara harga ketetapan pemerintah untuk BBM subsidi jenis Pertalite perliter Rp10 ribu dan solar Rp 6.800 per liter.

Jika dibandingkan harga BBM ketetapan pemerintah dan yang di jual oleh SPBM ada selisih harga Rp500 dan 700 per liter.

Bukan hanya itu, pihak SPBN tidak kehabisan akal untuk mendapatkan keuntungan yang besar, karena takarannya pun ikut dimanipulasi. Dimana setelah ditakar kembali menggunakan liter manual, pertalite dalam cerigen 20 liter itu, hanya sekitar 18,5  sampai 19 liter saja.

Permainan busuk yang dilakukan oleh pihak SPBN tersebut diduga telah berlangsung sejak bertahun-tahun lalu.

Amatan awak media ini, sejak tanggal 3 hingga 6 Januari 2023 ini terpantau SPBN tersebut selalu tutup.

Salah seorang nelayan Desa Banua-banua Jaya, Kecamatan Kulisusu berinisial MR mengatakan, para nelayan membeli pertalite Rp210 ribu per cerigen ukuran 20 liter dan solar seharga Rp150 ribu per cerigen 20 liter.

“Tapi setelah kami pulang baru takar kembali di rumah dalam satu cerigen itu, paling banyak 19 liter saja, tapi biasanya juga hanya 18,5 liter saja,” katanya saat di wawancarai di kediamannya, Jumat (6 Januari 2023).

Selain itu, para nelayan sulit mendapatkan BBM dari SPBN tersebut karena jarang buka. Padahal pihak depot Pertamina Baubau telah memberikan jata kepada nelayan sebanyak lima ton perhari.

“Yang kami tuntut haknya nelayan. Masa jata kami sebanyak lima ton perhari ini tapi tidak cukup ke nelayan. Dibawa kemana BBMnya itu,” kesalnya.

Ia menduga, BBM khusus nelayan sebanyak lima ton perhari di SPBN tersebut, lebih banyak tersalurkan ke para pengecer.

Selain itu, MR mengungkapkan, saat ini kebanyakan para nelayan lebih banyak memilih membeli di pengecer dengan harga yang lebih tinggi yaitu pertalite Rp 13 ribu perliternya karena selain sulit mendapatkan BBM mereka tidak lagi antri.

Saat dikonfirmasi penanggung jawab SPBN Akmal membenarkan, bahwa perhari pihaknya mendapatkan jatah BBM nelayan sebanyak lima ton.

Ia menjelaskan, kemarin SPBN tersebut buka sekitar pukul 08.00 Wita namun tidak berlangsung lama.

Namun saat, di sampaikan berdasarkan amatan media ini, pada sekitar pukul 08.00 Wita SPBN tersebut belum terlihat buka. Ia kembali nerangkan bukannya sekitar jam 8 lewat sampai jam 9 pagi.

“Kalau ada antrian, lima ton itu cepat sekali habis palingan sekitar setengah jam sampai satu jam setengah sudah habis itu karena pakai empat nosel,” terangnya.

Ia mengatakan, pihaknya menjual BBM sudah sesuai harga ketetapan pemerintah yaitu,  pertalite Rp10.000 dan solar Rp6.800 perliter.

Terkait masala takaran, ia meminta besok untuk datang mengecek sendiri di SPBN.

“Di takar di SPBU lalu di bawa ke rumah. Ini minyak bos tetap ada susutnya atau di tumpah atau di curi beda dengan air biar berapa jam atau berapa hari disimpan tidak kurang,” ungkapnya. (B)

Laporan: Amran Mustar Ode
Editor: Hasrul Tamrin

  • Bagikan