SULTRAKINI.COM: KENDARI – Bulan Oktober hingga November wilayah Sulawesi Tenggara dan sekitarnya diprediksi memasuki musim pancaroba. Peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan ini rentan menimbulkan perubahan cuaca yang cukup ekstrim dan tak menentu.
Diungkapkan Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Maritim Kendari, Adi Istyono, Rabu (5/10/2016) siang, di ruang kerjanya. “Oktober hingga November sedang memasuki musim pancaroba. Peralihan dari musim kemarau ke musim hujan ini menyebabkan kondisi cuaca tidak menentu,” terangnya.
Kondisi ini, kata Adi, umumnya diawali dengan hujan yang tidak menentu, dikarenakan pola angin dari berbagai arah, sehingga menimbulkan pertumbuhan banyak awan hujan. “Dengan pertumbuhan awan yang banyak ini menyebabkan awan kumolonimbus dan berefek terjadinya petir, puting beliung, dan angin kencang yang akan terjadi,” bebernya.
Untuk itu, Adi mengingatkan terkait potensi ini karena menjangkau seluruh wilayah Sultra baik di darat maupun laut. “Kondisi ini perlu diwaspadai karena terjadi di seluruh wilayah Sultra baik di darat maupun laut,” katanya.
Meskipun untuk di laut tidak akan berpengaruh besar terhadap tinggi gelombang. “Gelombang sendiri tidak akan terpengaruh dengan ini. Jadi aman untuk pelayaran,” yakin Adi.
Adi juga merincikan waktu munculnya tiga peristiwa ini. Siang hingga sore merupakan waktu yang berpeluang besar akan memunculkan puting beliung, angin kencang, dan petir. “Malam hari potensinya tetap ada tetapi cenderung menurun,” jelasnya.
Untuk pagi hingga siang hari cuaca akan cenderung panas. Panas inilah, katanya, yang akan mengumpulkan energi awan dan prosesnya akan terjadi siang hingga sore.
“Pagi hingga siang itu baru mulai mengumpulkan awan. Nanti siang hingga sore baru muali hujan muali dari sedang hingga lebat. Di situ potensi ketiga peristiwa tadi muncul,” tutupnya.