Curhat Atlet Disabilitas Sultra Tidak Lolos Seleksi Peparnas

  • Bagikan
Ilustrasi.

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Sejumlah atlet disabilitas Provinsi Sulawesi Tenggara curhat selama pemusatan latihan dalam rangka persiapan Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) ke XVI di Papua.

Beberapa atlet sempat cekcok dengan pihak National Paralympic Comitte (NPC) Provinsi Sultra karena nama-nama mereka tidak masuk ke daftar atlet yang mewakili daerah di laga tersebut.

Mereka beranggapan, pemusatan latihan di salah satu hotel di Kota Kendari tersebut menjadi perwakilan Sultra menuju Peparnas. Tapi nyatanya, dari 27 orang atlet hanya 20 orang akan diberangkatkan ke Papua pada awal November 2021.

Tercatat, tujuh orang atlet dipulangkan usai mengikuti pemusatan latihan di Kota Kendari mulai 15 September lalu. Mereka terleliminasi berdasarkan penilaian limit atau batasannya dan tentunya perkembangannya selama masa pelatihan.

Ketua NPC Sultra, Kafarudin mengaku kuota akan mengikuti Peparnas hanya tersedia 20 orang sehingga sisanya tereliminasi. Kata Kafarudin, tereliminasi tujuh orang itu adalah keputusan pelatih.

(Baca: Peparnas Papua 2021, NPC Sultra Akhirnya Utus 20 Atlet)

Namun hal ini dipersoalkan sejumlah atlet yang tereliminasi tersebut.

Seperti Harijah (39). Atlet cabang olahraga atletik ini menduga ada kecurangan seleksi atlet selama pemusatan latihan di Kendari.

Kata atlet asal Kolaka Timur ini tidak ada pemberitahuan bahwa hanya 20 orang atlet terpilih mewakili Sultra. Ia bersama rekan lainnya sudah mengikuti seleksi tingkat daerah dan dinyatakan berhak mengikuti pelatihan menuju Peparnas.

“Kami sebulan lebih di sini (Kendari) ikut training center dan kami ikut semua arahan. Kalau memang masih diseleksi, kenapa tidak bilang dari awal, ini sebulan ikut pelatihan baru diumumkan hanya 20 atlet yang dibawa ke Peparnas,” ucapnya, Minggu (17/10/2021).

(Baca juga: NPC Sultra Siapkan 25 Atlet untuk Berlaga di Peparnas Papua 2021)

Ia menilai, tujuh orang tereliminasi tersebut termasuk memiliki kemampuan yang baik.

“Alasan panitia memulangkan tujuh atlet itu karena tidak ada perkembangan selama menjalani pemusatan latihan atau tidak memenuhi limit. Kalau bicara kemampuan, saya tunggal putri di cabang atletik saingan saya siapa, kok tiba-tiba saya dipulangkan, lemparan cakram saya lebih jauh,” tambahnya.

“Kalau pakai standar limit tidak ada yang memenuhi standar karena masing-masing punya kelas berbeda,” sambungnya.

Hal lainnya disayangkan Harija adalah mereka pernah disodorkan surat tanda terima fasilitas berupa sepatu untuk ditandatangani. Mereka lantas menolak karena fasilitas belum diberikan.

“Disuruh tanda tangan, nanti kita ribut baru mereka adakan. Iya kami terima 2 juta sesuai dengan aturan memang setiap 15 hari terima satu juta, bahkan harusnya lebih dari itu karena TC-nya 45 hari,” jelasnya.

Pengakuan lain juga disampaikan Yayan Padawa. Ia merupakan atlet tuna daksa dari cabor bulu tangkis.

Pria 47 tahun ini mengeluhkan sejumlah fasilitas dan konsumsi didapatkan atlet selama pemusatan pelatihan.

“Untuk minuman dan suplemen kami terpaksa membeli sendiri, adapun yang diberikan cuma beberapa hari selebihnya kami tanggung sendiri, bahkan kami sering protes makanan yang diberikan tidak sesuai dengan makanan atlet,” ucapnya.

Para atlet, kata dia, sering diberikan nasi kuning. Sedang air minum hanya mengkonsumsi air galon.

“Ini nasi kuning yang sering dikasi, masih untung kalau pakai telur, untuk minum saja kita pakai air galon,” tambahnya sambil menunjukkan foto makanan yang dikonsumsi ketika pemusatan latihan.

Seorang atlet tuna daksa dari cabor bulu tangkis juga mengaku menggunakan sepatu yang dibawahnya sendiri. Padahal, panitia pernah menjanjikan sepatu dan pakaian saat pemusatan latihan, namun pelatihan hampir selesai fasilitas itu belum diberikan.

Yayan menambahkan, berdasarlam pengalamannya mengikuti seleksi ataupun pemusatan latihan, fasilitas tersebut diberikan sejak awal.

Hal-hal tersebutlah yang membuat ia bersama enam atlet lainnya tereliminasi merasa kurang menerima keputusan NPC Sultra. (C)

Laporan: Riswan
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan