Sperma, Solusi Atasi Kanker Serviks? Begini Risetnya

  • Bagikan
Ilustrasi. (Foto: Google)

SULTRAKINI.COM: Periset baru-baru ini mengembangkan hibrida sperma yang bisa mengantarkan obat kanker langsung ke tumor serviks. Penemuan ini sekaligus bisa membantu mengobati penyakit dengan efek samping minimal.

Ilmuwan Jerman seperti yang dilansir dalam ibtimes.co.in mengembangkan  obat kemoterapi baru dengan mempersenjatai sperma dengan obat kuat untuk menyerang tumor kanker serviks.

Ini  menciptakan cara yang efektif untuk menargetkan sel kanker dengan obat-obatan. Alasannya, obat-obatan selalu tidak mampu melakukan perjalanan ketika melalui jaringan. Obat-obatan diencerkan dalam cairan tubuh atau teralihkan dan diambil oleh organ sehat.

Oleh karena itu, ilmuwan beralih ke metode pemuatan obat-obatan menjadi bakteri, yang secara efektif dapat mengandung senyawa obat dan mendorong dirinya sendiri. Padahal, mikroba juga bisa dibimbing oleh medan magnet atau mekanisme lain untuk mencapai target tertentu.

Namun, masalah dengan metode ini adalah sistem kekebalan tubuh bisa menyerang mikroba dan menghancurkannya sebelum bisa mencapai target mereka.

Jadi, para peneliti di Leibniz Institute for Solid State and Materials Research-Dresden (IFW Dresden) di Jerman beralih ke sperma.

Periset mengemas obat kanker umum – doksorubisin, menjadi ‘sel sperma sapi dan melengkapi mereka dengan penggunaan magnet kecil’.

“Dengan menggunakan medan magnet, motor sperma-hibrida dipandu ke tumor sel tumor serviks yang tumbuh dengan laboratorium. Bila lengan baju menempel pada tumor, lengan terbuka, melepaskan sperma. Sperma kemudian berenang ke tumor, menyatu selaputnya dengan sel kanker, dan melepaskan obat itu,” kata  Science Daily.

Ketika ribuan dari mereka dilepaskan, sperma yang mengandung obat membunuh lebih dari 80 persen bola kanker.

Meski penelitian lebih lanjut diperlukan di bidang ini, para periset percaya bahwa motor sperma berpotensi untuk suatu hari mengobati kanker dan penyakit lainnya di saluran reproduksi wanita.

Temuan baru tersebut dipublikasikan di jurnal ACS Nano.

Sumber: Tempo.co

  • Bagikan