Takwa; Buah Iman dan Ketulusan Ibadah

  • Bagikan
Takwa; Buah Iman dan Ketulusan Ibadah foto google image.com

oleh : Syaifuddin Mustaming

(Kasi Penerangan Agama Islam, Zakat dan Wakaf
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kolaka)

Setiap ibadah atau amaliah yang kita tunaikan sebagai wujud penghambaan dan bentuk ikhlas ketaatan, sesungguhnya akan bermuara pada tercapainya nilai ketakwaan. Artinya bahwa segala bentuk pengamalan ibadah (termasuk puasa) akan mengarahkan kita untuk menjadi orang yang bertakwa (Muttaqiin).

 Takwa, sebagaimana yang kita pahami dan maklumi, adalah kecenderungan dan upaya dalam melaksanakan segala apa yang dperintahkan ALLÁH; serta berusaha maksimal meninggalkan semua larangan-Nya. Dengan demikian, bahwa orang yang bertakwa adalah para hamba yang telah berhasil mengoptimalkan usahanya dalam mewujudkan penghambaan-Nya kepada ALLÁH SWT secara menyeluruh (universal); di mana saja kapan dan dalam keadaan apapun statusnya sebagai hamba tak pernah bergeser.

 

Rasulullah SAW bersabda :

“Bertakwalah kepada ALLÁH di mana saja kamu berada, dan ikutilah (gantilah) kejahatan dengan (berbagai) kebajikan, niscaya akan menghapuskan (kejahatan) itu, serta berprilakulah (akhlak) kepada sesama manusia dengan akhlak yang mulia”.

 

Mukaddimah hadits tersebut, menuntut dan menuntun segenap insan agar di setiap desah nafas, denyut nadi, detak jantung, ayunan tangan dan langkah kaki; senantiasa berada dalam takwa. Untuk meraih serta mewujudkan harapan dan cita-cita mulia tersebut, sangat ditunjang oleh esensi dan peran keyakinan (iman) kita akan ke-Tauhidan ALLÁH SWT dan ke-Rasulan Muhammad SAW serta pemurnian dan ketulusan dalam beribadah.

 Keutuhan 2 (Dua) hal dimaksud (iman dan ketulusan ibadah) merupakan jaminan yang amat prinsip dalam pencapaian takwa. Iman dalam Islam adalah keyakinan yang teguh dan kokoh terhadap ke Maha Kuasaan ALLÁH; yakin bahwa ALLÁH sebagai Dzat yang Maha Melihat, Maha Mendengar dan Maha Mengetahui segala yang diperbuat. Yakin dengan kebenaran al Qur’an dan bertambah imannya tatkala mendengarkannya, menyempurnakan shalat serta berzakat, infaq dan shadaqah. Hal ini telah dijelaskan oleh ALLÁH SWT melalui Firman-Nya, QS. aL Anfal ayat 2 – 5, yang menerangkan syarat atau kriteria seseorang yang dapat dikatakan beriman (Mu’min), bahwa :

 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang apabila disebutkan (nama dan sifat) ALLÁH, gemetar hatinya; dan jika dibacakan (diperdengarkan) kepada mereka ayat-ayat ALLÁH, bertambah kualitas imannya; dan hanya kepada ALLÁH mereka berserah diri (tawakkal). Orang-orang yang mengerjakan shalat secara sempurna dan mereka menafkahkan (sebagian) rezeki yang dianugerahkan kepadanya. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman (Mu’min yang haq), balasan bagi mereka derajat, ampunan dan rezki yang mulia”. (QS. aL Anfal ayat 2 – 5).

 Mudah-mudahan dengan penegasan ALLÁH di atas, menuntun kita untuk melakukan koreksi (muhásabah) sekaligus pembenahan terhadap diri dalam upaya mewujudkan iman yang hakiki, meraih mu’min sejati, mencapai derajat takwa; menuju kehidupan yang di-Ridhai ALLÁH TA’ÁLÁÁmín, Yá Rabbal ‘Álamín.

Email: <[email protected]>

CitizenS adalah jurnalis warga (Citizen Jurnalisme) pembaca SULTRAKINI.COM. Redaksi memberi ruang pada pembaca untuk berkontribusi artikel (berita/opini/foto) tanpa intervensi (kecuali menyinggung SARA). Segala konsekuensi yang timbul akibat tulisan/gambar kontribusi CitizenS, sepenuhnya tanggung jawab penulis.

  • Bagikan