Tangis Keluarga Sambut Kedatangan Jenazah Korban Abu Sayyaf di Kaledupa

  • Bagikan
Istri korban menangis saat proses serah terima jenazah almarhun Hardin dari Kemenlu ke Pemda Wakatobi, Jumat (12/4/2019). (Foto: SULTRAKINI.COM)
Istri korban menangis saat proses serah terima jenazah almarhun Hardin dari Kemenlu ke Pemda Wakatobi, Jumat (12/4/2019). (Foto: SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: WAKATOBI – Isak tangis keluarga Hardin pecah ketika mengiringi pemulangan jenazah di kampung halamannya di Desa Kalimas, Kecamatan Kaledupa, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Jumat (12/4/2019).

Keluarga almarhum tak menyangka, penyanderaan kelompok bersenjata Abu Sayyaf berujung meninggalnya korban. Meski penyebabnya bukan terkena tembakan, melainkan tenggelam lantaran berusaha menyelamankan diri.

Isak tangis keluarga almarhum semakin menjadi-jadi ketika jenazah tiba di Pelabuhan Kaledupa. Mata mereka semakin berlinang air mata saat jenazah tiba di rumah duka di dampingi Bupati Wakatobi Arhawi, Wakil Bupati Ilmiati Daud. Saking terharunya, kepala daerah ini ikut meneteskan air mata melepas kepergian warganya itu yang disandera sejak Desember 2018.

Arhawi berterima kasih dan penghargaan kepada presiden Republik Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri, atas pembebasan warga Wakatobi dari jeratan Abu Sayyaf. Walaupun satu di antaranya meninggal.

Menurutnya, Pemda Wakatobi tidak menutup mata atas kasus penyanderaan tersebut. Pihaknya sudah mengupayakannya dengan mengkomunikasikan dengan Pemerintah provinsi maupun Pemerintah pusat. Namun, hanya satu sandera bisa pulang dengan selamat atas nama Heri Ardiansyah.

“Segala usaha dan upaya dilakukan melalui berbagai negosiasi dengan pihak Abu sayyaf, pada akhirnya korban ini tidak bisa kita selamatkan,” ucapnya.

Masyarakat di Pulau Kaledupa, Kabupaten Wakatobi ikut memadati pelabuhan ketika jenazah Hardin diserahkan ke pihak keluarga, Jumat (12/4/2019). (Foto: Amran Mustar Ode/SULTRAKINI.COM)

Arhawi menegaskan, kematian korban bukan karena tembak oleh kelompok Abu Sayyaf, melainkan tenggelam saat mencoba melarikan diri, ketika tentara Philipina melakukan pengepungan untuk menyelamatkan sandera. Almarhum Hardin yang berupaya menyelamatkan diri dengan berenang ke satu pulau, namun akhirnya meninggal sebelum mencapai lokasi.

“Mereka (Hardin dan Heri Ardiansyah) berenang kurang lebih 20 jam, karena kondisi fisiknya korban barangkali tidak kuat lagi, pada akhirnya korban ini tidak bisa terselamatkan, tetapi jasadnya bisa diselamatkan oleh para patroli,” terangnya.

Selain almarhum Hardin, Kemenlu juga memulangkan Heri Ardiansyah dalam kondisi selamat di kampungnya Pulau Kaledupa, Kabupaten Wakatobi.

Selama proses serah terima jenazah, ratusan masyarakat di Kaledupa ikut memadati pelabuhan sekadar melihat kedatangan jenazah tersebut.

(Baca: Kemenlu Serahkan Jenazah Korban Abu Sayyaf ke Pemda Wakatobi)

Laporan: Amran Mustar Ode
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan