Tari Kolosal Takawa Meriahkan Puncak Festival Budaya Tua Buton

  • Bagikan
Salah satu jenis tarian yang diperagakan puncak Festival Budaya Tua Buton, Sabtu (24/8/2019). (Foto: La Ode Ali/SULTRAKINI.COM)
Salah satu jenis tarian yang diperagakan puncak Festival Budaya Tua Buton, Sabtu (24/8/2019). (Foto: La Ode Ali/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: BUTON – Puncak Festival Pesona Budaya Tua Buton 2019 dimeriahkan dengan penampilan penari dari siswa siswi di Alun-alun Kompleks Perkantoran Takawa, Kecamatan Pasarwajo, Sabtu (24/8/2019). Tari kolosal Takawa memperlihatkan semangat dan indahnya budaya Buton yang tertanam di generasi milenial Buton.

Ada tiga jenis tarian diperagakan di acara tersebut, yaitu Tari Ponare yang dilakukan oleh 200 pelajar SD, Tari Badendang diperagakan 150 pelajar SMP, dan Tari Alionda diperagakan oleh 150 pelajar SMA.

Tari Ponare menandakan semangat parjuang bangsa mencapai kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 kepada generasi penerus.

Tari Badendang dan Alionda merupakan tarian pergaulan yang mengisyaratkan putra putri bangsa agar memperkuat semangat sumpah pemuda dan menanamakan nilai luhur adat istiadat Buton yang hidup rukun dan damai.

Konfigurasi tarian membentuk nanas, diapit perisai dan gadis pembawa Bhosu memperlihatkan simbol kearifan lokal. Daun yang tumbuh di atas mahkota nanas sebagai simbol pimpinan yang mengayomi rakyat.

Sisik pada badan buah, melambangkan 72 Kadie (Hak), duri pada daun menggambarkan pertahanan diri dari segala gangguan keamanan dan ketertiban dari mana pun datangnya.
Sementara buah yang manis mencerminkan kebaikan dan prinsip kerendahan hati, sopan santun tutur kata dan tidak menyakiti orang lain.
Daun pangkal bagian bawah yang melebar landasan berpijak semua masyarakat Buton, yaitu sara patanguna.

Perisai adalah ketahanan budaya yang membangun kepribadian yang beradab dalam pergaulan global dan para gadis membawa Bhosu, menyimbolkan, pembangunan berwawasan, mengalirkan semangat raja Buton pertama Wa Kaka dan Bula Wambona Raja Buton kedua, serta Wa Ode Wau perempuan yang ikhlas berkorban demi keamanan dan kemajuan negeri.

Tarian kolosal Takawa 2019 menggolarakan semangat juang bela negara yang tidak pernah padam melalui pengembangan budaya bermartabat, mewujudkan kehidupan masyarakat Buton yang sejahtera dan Makmur.

Salah satu jenis tarian yang diperagakan puncak Festival Budaya Tua Buton, Sabtu (24/8/2019). (Foto: La Ode Ali/SULTRAKINI.COM)

Bupati Buton, La Bakry, mengatakan acara tersebut bagian dari menyatuhkan perbedaan dan memperkokoh persatuan masyarakat Buton. Hal tersebut menjadi kearifan lokal dan budaya yang mampu mengendalikan pengaruh negatif dari arus globalisasi serta mampu memberikan arah perkembangan budaya ke depannya.

“Kita harus kembali ke budaya, hanya dengan suasana itu dapat menyatuhkan masyarakat Buton,” ucapnya.

Festival yang digagas bersama Umar Samiun tersebut juga selalu mengigatkan kepada generasi muda pentingnya nilai budaya untuk masa depan. Selin itu, kearifan lokal budaya masyarakat Buton perlu diperkenalkan secara luas. Salah satunya Festival Budaya Tua Buton.

“Sejak dilaksanakan, sebanyak puluhan peserta (turis) Sail Indonesia selalu hadir, sehingga selain menjadi alat pemersatu, juga sarana promosi wisata kepada masyarakat internasional,” ucap La Bakry. (Adv)

Laporan: La Ode Ali
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan