Tarung Janji Pilgub Sultra

  • Bagikan

Catatan: M Djufri Rachim

EMPAT pasang calon gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Tenggara yang akan tarung pada Pilkada 27 November 2024, semalam (19 Oktober 2024) telah memperlihatkan sebagian dari visi dan misi mereka. Sebagian karena mereka masih dibatasi bicara pada tiga tema inklusif: pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publik.

Masih ada debat lanjutan untuk menggali substansi aspek penting lain berkaitan kepemimpinan dan pengembangan daerah. Pada tiga sub tema itu, publik Sultra telah mendapat gambaran dari janji paslon terhadap kesejahteraan masyarakat. Janji itu hendaknya menjadi komitmen untuk peningkatan pelayanan kesehatan, pendidikan terjangkau dan berkualitas, serta program sosial lain bagi kelompok rentan.

Komitmen, karena janji itu dituangkan tertulis dalam visi misi paslon. Visi sebagai gambaran besar yang diinginkan di masa depan, dan misi menjelaskan langkah-langkah konkret yang akan diambil.

Komitmen itu harus diuji realistisnya. KPU Sultra sebagai penyelenggara pilkada telah menghadirkan tujuh panelis kompoten untuk ”mendeteksi” visi misi setiap paslon.

Dominasi pemanfaatan teknologi digital ke depan tidak luput dari materi ”uji” itu. Paslon diuji pemahamanannya tentang pentingnya inovasi dan teknologi dalam memajukan daerah. Penggunaan teknologi dalam pelayanan publik, pendidikan, kesehatan, dan sektor-sektor lainnya bisa menjadi salah satu indikator keberhasilan di masa mendatang.

Tergambar dari jawaban-jawaban pertanyaan. Dari debat pertama semalam kita menyaksikan dengan dua kesimpulan general: ”nyambung” dan ”tidak”. Ini debatable, pada  debat capres sekali pun.

Namun semalam kita juga melihat bahasa tubuh kandidat yang percaya diri, tulus, dan pengendalian diri. Utamanya pada segmen tanya jawab antar kandidat. Positifnya bahwa semua berjalan begitu hangat.

Entah, ada satu bagian yang ingin ”menjebak”. Mau menggiring untuk memilih satu dari dua pilihan jawaban. Namun dijawab dengan memilih keduanya. Kebetulan sama-sama nomor urut penanya dan yang ditanya. Pada titik ini terlihat betapa smart mereka.

Suasana begitu cair dan penuh keakraban. Juga ”lucu-lucuan”. Ada paslon yang mengajak pasangan lain bergabung jika terpilih dan tidak terpilih kelak. Pada titik ini sikap di antara lawan debat menunjukan bahwa kandidat mampu berdebat secara sehat dan penuh respek yang berimplikasi untuk membangun kebersamaan di antara masyarakat Sultra yang multi etnik menuju pilkada damai. Insyah Allah.

Lebih dari itu, kita berharap pada putaran debat selanjutnya setiap paslon fokus dan mampu menunjukkan empati dan solusi komprehensip dan terukur dalam permasalahan Sulawesi Tenggara ke depan.

Terutama beberapa substansi terkait rencana pembangunan daerah, peningkatan ekonomi lokal dan penciptaan lapangan kerja, tata kelola pemerintahan yang baik, di dalamnya termasuk pengelolaan anggaran dan keuangan daerah.

Good governance penting karena paslon terpilih kelak menjalankan pemerintahan yang bersih, transparan, dan akuntabel. Hal ini mencakup langkah-langkah untuk memberantas korupsi, meningkatkan pelayanan publik, dan kepastian partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan sebagai konsekuensi negara yang menganut demokrasi. Bukankah begitu? ([email protected])

  • Bagikan