Tiga Makna Utama (Buku) Jembatan Silaturahmi HMI

  • Bagikan

Judul Buku           : JEMBATAN SILATURAHMI DAN INSPIRATIF IN MEMORIAM KADER INSAN CITA

Penulis                 : Makmur Ibnu Hajar, dan kawan-kawan alumni Himpunan Mahasiswa Islam

Editor                   : Jumwal Shaleh, dkk

Penerbit               : Komunika Publishing (Anggota IKAPI)

ISBN                     : 978-623-92527-6-2

Tahun Terbit       : November 2021

Halaman              : xvi + 244

Resensi Oleh: M Djufri Rachim

BUKU yang ditulis secara “keroyokan” oleh 42 alumni Himpunan Mahasiswa Islam ini dibagi dalam  tiga bagian. Bagian pertama mengulas sedikit jejak sejarah berdirinya HMI Cabang Kendari, sedangkan bagian kedua dan ketiga mengungkap kisah-kisah kebaikan dan inspiratif para kader terbaik organisasi hijau hitam yang telah mendahului menghadap sang pencipta, Allah Subhanahu Wata’ala.

Pada bagian pertama ditulis oleh senior HMI yang banyak tahu pergolakan menghadirkan organisasi HMI dalam suasana “intimidasi” politik PKI saat itu, seperti digambarkan dalam tulisan Mahmur Ibnu Hajar pada halaman 4. Terungkap kaum terpelajar Sulawesi Tenggara yang menjadi mahasiswa sejumlah kampus ternama di tanah air, seperti Universitas Gajah Mada Yogyakarta dan Universitas Hasanuddin Makassar sebagai pembawa HMI di Kendari, dimana saat itu sudah ada satu kampus swasta bernama Unhol (Universitas Halu Oleo, sekarang sudah menjadi kampus negeri).

Mereka adalah alumni HMI Cabang Yogyakarta, seperti Drs H La Ode Kaimoeddin, Drs Mitjtjo Tahir, Drs Ahmad Djamaluddin, Drs Sangkala Manomang, Drs Yahya Malisa, dan alumni HMI Cabang Makassar adalah dr Uksim Djambo, Karim Aburaera SH, Drs Ek Faisal Sadakah, MBA, Drs Andi Nur Karim, Ridwan Hasanuddin SH, Drs Husni Zakaria, Andi Palesangi, Drs Nurdin Miru. Ada pula aktrivi HMI Cabang Manado yakni Drs La Ute dan HMI Cabang Malang J.A Rachman.

Mereka bergabung dengan aktivis muslim seperti Yusuf Kemalaraden, Mustafa DM, Yato Palari, dan lainnya menggagas lahirnya HMI Cabang Kendari pada tahun 1964. Kita bisa membayangkan tentunya bagaimana situasi politik dalam negeri saat itu, yang setahun kemudian meletus Gestapu PKI.

Dicatatlah bahwa tahun 1967 sampai 1969 Ketua HMI Cabang Kendari adalah dr Uksim Djambo. Sayangnya dalam catatan ini, tidak dirinci apa yang terjadi antara tahun 1964 hingga 1967. Apakah tahun 1964 itu sudah terbentuk HMI Cabang Kendari? Atau nanti tahun 1967 baru terbentuk yang ditandai dengan terpilihnya ketua organisasi itu? Dan tercatat pula pada tahun 1970 baru dilaksanakan basic training pertama dengan jumlah peserta 40 orang.

Kiranya, jika masih akan dibuat edisi revisi dalam buku ini, maka perlu didalami peristiwa detail yang terjadi di tahun 1964 hingga tahun 1970. Sehingga bisa menjadi sebuah kesimpulan valid sebagai tahun lahirnya HMI Cabang Kendari. Sekalian memperbaiki beberapa typo yang sedikit menggangu.

Terlepas dari itu, melalui bagian pertama dengan 3 sub judul pada buku ini telah mencatatkan sejarah yang menjadi pengingat bagi generasi HMI di Sulawesi Tenggara saat ini dan akan datang.

Selebihnya, pada bagian dua dan tiga,  tentang in memoriam para mantan ketua HMI Cabang Kendari. Agak lebih banyak ulasan tentang almarhumah Musyida Arifin, yang meninggal dunia pada 25 Juli 2021 akibat virus corona (Covid-19). Sebanyak 31 judul khusus membahas kenangan dan kebaikan Cinda (nama panggilan almarhumah) mulai dari aktif dan sangat aktif di organisasi HMI hingga pengabdian terakhirnya kepada daerah. Hal ini dapat dimaklumi karena kawan-kawan yang berinteraksi dengan Cinda selama hidupnya, saat ini masih segar-segar ingatannya sehingga mudah untuk dikisahkan dalam tulisan.

Bagi aktivis HMI, terutama para alumni, ada tiga makna besar dalam buku ini. Pertama, melalui buku ini kita bisa memahami bagaimana pergerakan awal para senior berupaya mendirikan HMI di Kendari, yang kemudian saat ini sudah menjalarkan  cabang-cabangnya di kabupaten/kota lain di wilayah Sulawesi Tenggara. Juga bagaimana kegigihan para pendiri itu dilanjutkan oleh kader-kader generasi lanjutan, terutama di era tahun 1980-an dan 1990-an yang dikisahkan secara baik oleh Prof Dr H Eka Suaib, M.Si (mantan Ketua Umum HMI Cabang Kendari 1989-1990) dan Prof Dr H Abd Rasyid Masri, M.Pd, M.Si, M.M (Ketua HMI Cabang Kendari Periode 1995-1996), juga para senior lainnya.

Makna kedua bahwa, sesuai judul buku ini adalah jembatan silaturahmi, benar-benar telah menjadi tali kasih untuk saling melepas rindu diantara alumni yang telah memilih jalan hidup sendiri-sendiri, pada daerah berbeda dan profesi berlain-lainan. Tentu saja, di antara penulis buku ini, ada yang baru mengingatnya setelah melihat ada tulisan bersangkutan karena memang sudah tidak pernah ketemu secara fisik sejak selesai di bangku kuliah, misalnya.  

Makna ketiga adalah melalui penerbitan buku ini bisa merangsang kader-kader HMI ke depan agar ikut terbiasa menularkan kecerdasannya melalui karya tulis (buku) untuk melengkapi kecerdasan retorika lisan yang sebahagian orang di luar kader hijau hitam sebagai sesuatu yang luar biasa.

Oleh karena itu, buku ini sangat pantas dibaca oleh kader-kader HMI mau pun alumni HMI di mana pun berada.  ([email protected])

  • Bagikan