Tradisi Menyambut Gerhana Bulan, Ada Sampai Curi Beras Tetangga

  • Bagikan
Ilustrasi. (Foto: Google)

SULTRAKINI.COM – Gerhana bulan total berbarengan dengan fenomena supermoon dan bluemoon diprediksikan terjadi 31 Januari 2018. Ada banyak cara menyambut fenomena istimewa ini. Ada yang akan meneropongnya untuk aktivitas ilmiah, obyek fotografi, hingga ibadah.

Anda pilih yang mana? Beberapa suku di Indonesia memiliki tradisi unik dalam menyambut kedatangan gerhana bulan. Berikut tradisi-tradisinya seperti dilansir dalam laman resmi Pesona Indonesia.

1. Menumbuk Lesung

Masyarakat Jawa yang percaya mitos mengenai raksasa jahat Batara Kala yang menalan bulan, akan menjalankan tradisi memukul lesung padi. Memukul lesung padi ketika gerhana bulan menjadi simbol pengeroyokan terhadap Batara Kala. Dikeroyok, Batara Kala merasa geli dan mual, sehingga memuntahkan bulan yang dimakannya.

2. Memukul Kentongan atau Gong

Waktunya bagi masyarakat Dayak untuk membunyikan gong ketika gerhana bulan. Selain gong, masyarakat bisa membunyikan benda lain agar bulan muncul kembali. Masyarakat Dayak percaya gerhana terjadi lantaran sebuah makhluk gaib, Ruhu, telah menelan bulan.

Adapun tradisi memukul kentongan dilakukan masyarakat Tidore yang disebut dengan tradisi Dolo-dolo. Kentongan terbuat dari bambu dan dipukul bersamaan saat gerhana bulan. Hal ini dilakukan dengan maksud sama, yakni mengusir raksasa yang menelan bulan.

3. Membuat Nasi Liwet

Upacara ini biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa, khususnya oleh ibu hamil. Ibu hamil atau kerabatnya akan menanak nasi. Saat gerhana total, tetua kampung akan menyuruhnya menggigit pecahan genteng sembari mengelus perut.

Kemudian, Ibu hamil itu masuk ke kolong tempat tidur sebanyak tiga kali sambil menggigit pecahan genteng.

Anak-anak yang hadir diminta untuk bergelantungan di pohon, di halaman lokasi upacara liwet berlangsung. Maknanya mengandung harapan agar bayi lahir sempurna dan tanpa cacat.

4. Mencuri Beras Tetangga

Masyarakat suku Bugis menyambut gerhana bulan dengan mencuri beras tetangga. Banyaknya beras yang dicuri adalah segenggam tangan. Hal itu merupakan warisan nenek moyang suku Bugis, khususnya masyarakat yang tinggal di Kabupaten Bone.

Uniknya, warga tak akan marah ketika berasnya dicuri. Sebab, setiap orang melakukan hal yang sama. Setelahnya, beras itu akan diolah menjadi bedak. Masyarakat Bugis meyakini, bedak yang dioleskan dapat mempercantik wajah.

Sumber: Tempo.co

  • Bagikan