UHO Mediasi Mitra Usaha Masyarakat Kena Dampak Covid-19 di Konsel dan Kendari

  • Bagikan
Tim Program Kemitraan Masyarakat Internal (PKMI) Lembaga Penelitian dan Pengadian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Halu Oleo meninjau tanaman hidroponik milik kelompok masyarakat yang dimediasi. Foto: IST
Tim Program Kemitraan Masyarakat Internal (PKMI) Lembaga Penelitian dan Pengadian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Halu Oleo meninjau tanaman hidroponik milik kelompok masyarakat yang dimediasi. Foto: IST

Dua kelompok masyarakat dari Kabupaten Konawe Selatan dan Kota Kendari terkena dampak secara ekonomi akibat pandemi Covid-19. Untuk membangkitkan kembali ekonomi masyarakat itu maka Tim Program Kemitraan Masyarakat Internal (PKMI) Lembaga Penelitian dan Pengadian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Halu Oleo berhasil menyatukan kedua kelompok itu dalam jalinan kemitraan.

SULTRAKINI.COM: Tim PKMI-LPPM Universitas Halu Oleo berhasil membuat jalinan kemitraan antara kelompok calon wirausaha hidroponik dengan wirausaha hidroponik yang sudah eksis di Kabupaten Konawe Selatan dan Kota Kendari. 

Ketua Tim PKMI, Prof. Dr. Azhar Bafadal menjelaskan, anggota kelompok itu adalah masyarakat yang terkena dampak secara ekonomi akibat pandemi Covid-19, yaitu Kelompok Mepokoaso (Mitra 1) sebagai calon wirausaha hidroponik yang berada di Kelurahan Konda Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan dan Kelompok Wirausaha Hidroponik Tekbek (Mitra 2) yang berada di Kelurahan Watubangga Kecamatan Baruga Kota Kendari.

Menurut Azhar, permasalahan masyarakat Konda yang tergabung dalam Kelompok Mepokoasa adalah menurunnya pendapatan keluarga akibat pandemi Covid-19, sehingga perlu segera disubstitusi dari usaha lain yang mampu dijangkau oleh mereka dan dapat dilakukan dalam jangka pendek serta dapat diadopsi sehingga harus bersifat pengetahuan praktis aplikatif dan bersifat teknologi tepat guna.

Dengan demikian diharapkan mampu mendongkrak pendapatan keluarga calon wirausaha dan dapat berkelanjutan di masa mendatang. Tentu dengan manajemen usaha yang dapat dikelola secara berkelompok atau pun individu. 

Sementara permasalahan Mitra 2, yakni masyarakat Kelurahan Watubangga adalah terjadinya penurunan permintaan dari wirausaha produk hidroponik selama pandemi Covid-19 sehingga omzet penjualan mengalami penurunan.

“Terbatasnya cakupan pemasaran produk hidroponik di kalangan masyarakat memerlukan edukasi kepada masyarakat tentang produk hidroponik sebagai tanaman organikyang sehat dan higienis,” jelas Azhar.

Dijelaskan, pendekatan yang dilakukan untuk menyelesaikan persoalan Mitra 1 adalah dengan menyeleggarakan pelatihan dan bimbingan teknis di dalam  dan di luar ruangan.  Pelatihan tersebut menyangkut berwirausaha dalam pandemi Covid-19, teknik budidaya hidroponik yang dimulai dari transfer pengetahuan di dalam kelas melalui ceramah, kunjungan pembelajaran pada wirausaha hidroponik yang sudah eksis, dan pembuatan instalasi hidroponik, praktek budidaya sampai dengan panen. 

Sedangkan pendekatan yang ditawarkan kepada Mitra 2 adalah upaya membangun jalur dan jaringan pemasaran secara online untuk memperluas pasar yang telah ada sekarang.  Pembuatan flyer yang berisikan edukasi kepada konsumen sasaran akan nilai lebih produk hortikultura sehingga mereka  mau mengkonsumsi tanaman hidroponik, dan juga flyer yang berisikan ajakan wisata agro ke usaha hidroponik Mitra 2. 

Flyer tersebut diposting pada media sosial seperti WhatsApp dan media sosial lainnya diyakini akan efektif untuk menyampaikan pesan ke konsumen sasaran.  Selain itu, telah dibuat grup WhatsApp pemasaran hidroponik untuk memperluas jaringan pemasaran berbasis media sosial.

Pelatihan dan bimbingan teknis budidaya hidroponik berlangsung selama lima minggu, dimulai dari penerimaan materi dalam kelas, kemudian dilanjutkan dengan penyemaian, pembuatan instalasi hidroponik, penanaman, pemeliharaan hingga panen. 

Sebelum mengikuti pelatihan terdapat 17% peserta yang menyatakan ingin berwirausaha hidroponik.  Pada akhir kegiatan pelatihan peserta yang menyatakan tertarik untuk berwirausaha hidroponik meningkat menjadi 67%. 

Manfaat dan tingkat kepuasan peserta dalam mengikuti kegiatan PKMI ini mencapai skor 8,75 (rentang skor 1-10).  Peserta dapat mengikuti dengan baik materi pelatihan dan bimbingan teknis perakitan instalasi serta praktek budidaya hidroponik. 

Kondisi tanaman yang dipanen belum memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan, dengan hasil panen masih sekitar 50% dari potensi yang dapat dicapai. 

Menurut Ketua Kelompok Usaha Hidroponik Tekbek, Zohorman bahwa hal tersebut bukanlah masalah karena para peserta masih dalam proses belajar dan disarankan untuk mengulanginya 2-3 kali lagi dengan menjaga larutan nutrisi pada kadar ppm di atas 800 dan ph air pada kisaran 5,5 sampai dengan 6,5 untuk mendapatkan hasil panen yang lebih baik.

Pada akhir program PKMI dibuat nota kesepahaman yang menyatakan bahwa Mitra 2 bersedia memberikan bimbingan teknis untuk kemajuan usaha hidroponik Mitra 1. Untuk menjamin keberlanjutan program di lapangan setelah kegiatan PKM selesai maka Tim PKMI  menyerahkan perangkat hidroponik yang telah dirakit oleh peserta dan seluruh bahan lainnya ke Mitra 1.  Melalui grup WhatsApp Pemasaran Hidroponik yang telah terbentuk maka diharapkan komunikasi antara Tim PKM dengan Mitra 1 dan Mitra 2 tetap terjalin, dan dengan mudah Tim dapat memantau kemajuannya.

Tim PKMI beranggotakan Prof. Dr. Teguh Wijayanto, Dr. Surni dan Hadi Sudarmo, SP, M.Si. Seluruh rangkaian kegiatan berlangsung 3 Oktober sampai dengan 19 November 2020.

Editor: M Djufri Rachim

  • Bagikan