UMKM Layang-layang dan Tenun Desa Liangkabori Bangkit

  • Bagikan
Koordinator Rumah BUMN PLN Muna, Muzdalifah (baju putih) bersama pengrajin Desa Liangkabori. (Foto: LM Nur Alim/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: MUNA – Rumah BUMN PLN Muna membina Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Desa Liangkabori, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara menjadi kampung yang memiliki brand produk bermotif layang-layang.

Brand motif layang-layang diambil dari situs sejarah di Desa Liangkabori. Di mana dalam dinding goa Liangkabori terdapat gambar layang-layang yang merupakan lukisan peninggalan zaman purba di wilayah tersebut.

Koordinator Rumah BUMN PLN Muna, Muzdalifah mengatakan, pihaknya akan bermitra dalam pengembangan UMKM di Desa Liangkabori dengan mengembangkan produk ciri khas lokal masyarakat setempat.

Menurutnya, Desa Liangkabori memiliki banyak potensi, baik hasil karya maupun situs sejarah yang bisa menghasilkan nilai ekonomi apabila dikelola dengan baik.

“Produk akan dibuat layang-layang dari Daun Kolope sebagai bahan dasarnya dan kain tenun bermotif layang-layang. Semoga pengrajin Desa Liangkabori bangkit mengembangkan usahanya sebagai mata pencaharian,” ucapnya ketika mengunjungi pengrajin tenun dan sovenir, Rabu (12 April 2023).

(Baca juga: Usia Gua Liangkabori masih Misterius)

(Baca juga: Gua Lingkobori Terpopuler Ketiga Sebagai Situs Bersejarah, Ayo Dukung Terus!)

Sementara itu, Branch Manajer Bank Mandiri Cabang Muna, Aptrawan Turnia menyatakan, pihaknya bersedia membantu pengrajin dalam mengembangkan usahanya dari segi permodalan.

“Kita siapkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk membantu modal pengrajin dengan bunga pinjaman rendah. Bila usahanya berkembang, bisa di atas nilai itu,” ucapnya.

Menanggapi hal itu, Kepala Desa Liangkabori, Farlin berterima kasih atas perhatian yang diberikan bagi warga desa dalam aspek peningkatan UMKM. Sebab upaya ini dapat menciptakan lapangan kerja di wilayahnya.

Pihak Pemerintah Desa Liangkabori juga akan menjamin bahan dan kemudian membeli kembali hasil produk sovenir layang-layang dan tenun motif layang-layang pengrajin melalui BUMDes untuk menampung dan menjual kembali ke masyarakat luas.

“Kita harus bangkit dalam diri kita, harus ikhlas dalam bekerja dan bertanggung jawab,” ujar Farlin.

Diketahui, tenun dari Desa Liangkabori dikerjakan selama empat hari dengan membutuhkan modal Rp 120 ribu persatu tenun. Hasil tenun dijual senilai Rp 200 ribu, 250 ribu hingga 500 ribu. (B)

Laporan: LM Nur Alim
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan