Update Korban Gempa Sampai Ketinggian Tsunami Hasil Deteksi Alat Pasang Surut Air Laut

  • Bagikan
Pelayanan medis tim Rumah Sakit Lapangan BSMI di Kabupaten Sigi. (Foto: BSMI)
Pelayanan medis tim Rumah Sakit Lapangan BSMI di Kabupaten Sigi. (Foto: BSMI)

SULTRAKINI.COM: Korban tewas gempa-tsunami di Kota Palu dan Kabupaten Donggala hingga Minggu (7/10/2018) pukul 17.00 Wita mencapai 1.944 orang.

Kepala Penerangan Komando Tugas Gabungan Terpadu Sulawesi Tengah, Kolonel Inf. Muh Thohir, menjelaskan 815 jenazah korban bencana dikubur secara massal di Kelurahan Poboya, Kota Palu; 35 jenazah dikubur massal di Kelurahan Pantoloan, Kota Palu; dan 1.059 jenazah telah dimakamkan oleh keluarga masing-masing. Ada pula 35 jenazah korban yang dimakamkan di Donggala serta delapan jenazah yang dimakamkan di Biromaru, Kabupaten Sigi.

“Sementara jumlah korban luka-luka tercatat 2.549 orang, korban hilang 683 orang, dan jumlah pengungsi 74.444 orang. Bencana juga menyebabkan 65.733 rumah rusak,” jelas Muh Thohir, Minggu (7/10/2018).

Alat Pasang Surut Air Laut

Gempa dan tsunami yang menerjang Provinsi Sulawesi Tengah pada Jumat (28/09/2018) lalu, telah memporak-porandakan sejumlah kawasan tersebut. Sebut saja, Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Kabupaten Sigi. Wilayah ini termasuk terparah akibat bencana yang menewaskan ribuan masyarakat.

Data tercatat pada alat pasang surut air laut di Pelabuhan Pantoloan yang berjarak sekitar 28 kilometer dari Kota Palu, tsunami menerjang Palu hanya delapan menit setelah gempa bumi.

“Ada catatan pasang surut di Pantoloan. Kami sudah menganalisa itu. Catatan itu memang ada tsunami delapan menit setelah gempa bumi,” ungkap Ahli Tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBPT), Widjo Kongko, Minggu (7/10/2018). Selain mencatat waktu terjadinya tsunami, alat tersebut juga mencatat ketinggian gelombang tsunami.

“Ketinggian yang dicatat di Pelabuhan Pantoloan, tsunami terjadi sekitar 1,9 hingga 2 meter,” ucap Widjo.

Namun, tinggi tersebut merupakan tinggi yang tercatat di pelabuhan. Sementara tinggi tsunami yang mencapai Teluk Palu kemungkinan lebih tinggi dari pada yang tercatat di pelabuhan. Sebab, gelombang tsunami yang mencapai teluk tersebut telah masuk ke daerah lebih dangkal dan sempit sehingga semakin mengerucut dan kemungkinan besar ketinggianya telah bertambah.

Menurut data dari tim di lapangan, ketinggian tsunami di Teluk Palu bisa mencapai enam meter. Namun, untuk memastikan apakah data yang didapatkan alat pengukur pasang surut tersebut sesuai dengan kejadian di lapangan, Widjo mengatakan akan ada tim ilmuwan yang melakukan penelitian lebih lanjut.

“Kami ingin mengecek lagi di lapangan dengan tim peneliti lain yang akan berangkat ke Palu,” ujarnya.

Menurut Widjo, masih banyak hal yang perlu dipelajari dari tsunami di Palu, termasuk dampak geologis serta dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh gempa berkekuatan magnitude 7,4 disusul tsunami.

“Sumber dari tsunami apakah karena gempa bumi atau terjadi longsoran, itu kita masih mengkajinya,” ungkap Widjo.

Laporan : Hartia (dari berbagai sumber)

  • Bagikan