Utusan Kementerian Kelautan dan Perikanan Bertandang ke Buteng, Pantau Potensi hingga Catat Keluhan Warga

  • Bagikan
Kunjungan Staf Khusus Menteri Perikanan dan Kelautan Bidang Pengelolaan Sumber Daya Perikanan, Brigjenpol Victor Manoppo di Kabupten Buteng. (Foto: Ist)

SULTRAKINI.COM: BUTON TENGAH – Staf Khusus Menteri Perikanan dan Kelautan Bidang Pengelolaan Sumber Daya Perikanan, Brigjenpol Victor Manoppo memantau langsung potensi kelautan dan perikanan di Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara.

Kedatangan utusan Kementerian Kelautan dan Perikanan itu untuk mendengarkan langsung keluhan masyarakat yang sehari-hari bekerja di sektor tersebut, agar potensi ini bisa berkembang dan membawa kesejahteraan masyarakat Buteng.

Dalam pemaparannya, Bupati Buteng Samahuddin mengaku, sekitar 70 persen penduduk di wilayah setempat adalah nelayan. Namun, mereka masih dihadapkan dengan berbagai masalah untuk mengoptimalkan hasil laut daerah.

Sejauh ini Buteng dikenal dengan hasil lautnya, berupa budidaya rumput laut, tambak ikan, lobster, kepiting rajungan, teripang, ikan teri, dan potensi lainnya.

Hasil rumput laut yang dikelola masyarakat Buteng, kata Bupati, berkualitas cukup bagus. Ada juga perikanan tangkap yang melimpah.

“Potensi perikanan tangkap seperti rajungan cukup melimpah. Bahkan pasaran rajungan asal Buteng dikirim ke Kendari dengan harga jual Rp 80 ribu perkilogram,” jelasnya, Senin (14 Juni 2021).

Samahuddin menilai, para nelayan membutuhkan dukungan semua pihak termasuk Pemda dan Pemerintah Pusat dalam peningkatan hasil produksi kelautan dan perikanan. Mengingat potensi pasarnya yang menjanjikan.

Untuk itulah, pada kunjukan utusan KKP, Bupati berharap masyarakat memanfaatkan momen itu untuk menyampaikan aspirasinya.

Misalnya Rahim. Pengepul ikan teri di Desa Terapung, Kecamatan Mawasangka ini mengeluhkan terganggunya proses pengeringan ikan ketika musim penghujan. Kerusakan produksi ikan lebih tinggi lantaran tidak cukup mendapatkan pasokan sinar matahari. Persoalan itu juga dirasakan pengepul lainnya di desa tersebut. Untuk itulah warga mengusulkan agar ada pengadaan oven pengeringan ikan untuk mereka.

“Para pengepul ikan di tingkat desa–banyak mengalami kerugian yang tidak sedikit karena ikan yang diproduksi tidak memiliki harga jual akibat menguning atau berulat,” jelasnya.

Padahal pengepul mampu menangkap ikan teri basah hingga 3-5 ton perhari pada musim puncak hasil tangkap pada April hingga Desember. Masalah ini, kat Rahim perlu mendapatkan perhatian sebelum mempengaruhi produksi mereka ke depannya.

“Bagaimana jalan keluarnya untuk kami para nelayan dan pengepul di Desa Terapung. Mungkin bisa diadakan oven atau semacamnya sehingga di musim puncak seperti ini tidak ada lagi ikan yang terbuang,” ucapnya.

Kunjungan Staf Khusus Menteri Perikanan dan Kelautan Bidang Pengelolaan Sumber Daya Perikanan, Brigjenpol Victor Manoppo di Kabupten Buteng. (Foto: Ist)

Menanggapi hal tersebut, Brigjenpol Victor Manoppo akan mencatat keluhan warga Buteng guna dilaporkan pada menteri.

“Tugas kami mencatat itu semua kemudian melaporkan ke Pak Menteri,” ujarnya.

Ia tidak menampik, potensi kelautan dan perikanan Buteng memang besar dan bisa membawa kesejahteraan masyarakat dengan pengelolaan yang baik ke depannya.

Masyarakat juga diharapkannya tetap memasukkan kearifan lokal dalam pengembangan kelautan dan perikanan sebagaimana permintaan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono sehingga tercipta keseimbangan ekosistem di laut Buteng.

Victor Manoppo berjanji akan menyakinkan Menteri bahwa potensi di Buteng tidak kalah dengan daerah lain. “Aspirasi atau keluhan nelayan tetap akan menjadi prioritas sebagaimana visi dari KKP RI. Saat ini kami baru survei, nanti kita akan dorong mana yang paling potensi dan menjadi skala prioritas,” ucapnya. (B)

Laporan: Aisyah Welina
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan