Vaksin Sinovac Aman, Guru SMPN 1 Baubau Meninggal Akibat Penyakit Penyerta

  • Bagikan
Ilustrasi suntik vaksin. Foro: Repto CNN Indonesia.
Ilustrasi suntik vaksin. Foro: Repto CNN Indonesia.

Seorang guru di SMPN 1 Baubau, Sulawesi Tenggara, meninggal dunia usai disuntik vaksin. Rupanya disebabkan adanya penyakit penyerta. Sebab sejauh ini vaksin Sinovac dan juga vaksin lainnya telah mendapatkan EUA dari Badan POM.  

SULTRAKINI.COM:  Vaksin Sinovac sebagai mana disuntikan kepada staf dan guru-guru SMPN 1 Baubau telah mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM), sebagaimana juga vaksin AstraZeneca dan Shinoparm.

Ada pun LHN (59), guru SMPN 1 Baubau yang meninggal dunia usai divaksin disebabkan karena ada penyakit penyerta.

“Kami memastikan guru tersebut meninggal bukan akibat mengalami Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) melainkan karena sakit diabetes,” jelas juru bicara Satgas Covid-19 Kota Baubau, dr Lukman kepada wartawan.

Vaksin Sinovac dan vaksin lain berbahan dasar dari Sinovac sejauh ini tetap diandalkan untuk melawan Covid-19 di dalam tubuh, termasuk varian India B1617.  

“Namun, efikasi vaksin tersebut dalam membentuk antibodi di dalam tubu terhadap setiap orang bisa berbeda satu sama lain, meski vaksin sinovac dalam uji klinis ketiga mencapai 65 persen,” jelas ahli Biologi dari Universitas Sriwijaya, Yuwono M Biomed, di Palembang, pekan lalu.

Senada dengan itu, vaksinolog  dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc., Sp.PD, menjelaskan  vaksin yang sudah mendapatkan EUA dari Badan POM dipastikan aman.

“EUA ini merupakan kajian akademis yang bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, vaksin apapun yang telah mendapatkan EUA dari Badan POM bisa dipastikan keamanan dan efektivitasnya,” tegas dr. Dirga dalam siaran pers yang dikirim Tim Komunikasi Publik Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) kepada SultraKini.com.

Hal lain yang perlu diketahui masyarakat adalah, vaksin yang sudah diberikan izin penggunaan secara luas, masih terus diawasi penggunaanya.

Proses ini merupakan proses berkelanjutan yang mengedepankan prinsip kehati-hatian agar vaksin yang digunakan senantiasa aman di masyarakat.

“Tentu proses evaluasi dan monitoring setelah mendapatkan EUA ini terus berjalan. Para ahli, Badan POM, dan Kementerian Kesehatan terus mengawal peredaran dan penggunaan vaksin ini di masyarakat,” terang dr. Dirga lebih lanjut.

Terkait dengan beberapa Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang masih diduga ada hubungannya dengan vaksin Astrazeneca, dr. Dirga menegaskan bahwa reaksi pasca vaksinasi adalah hal yang wajar.

“Ini menunjukkan bahwa vaksin bekerja karena vaksin memiliki zat antigen sehingga perlu proses pengenalan pada tubuh untuk membentuk antibodi.

Editor: M Djufri Rachim

  • Bagikan