Vaksinasi Guru Se- Kota Baubau, PGRI Minta Proses Screening Diperketat

  • Bagikan
Ketua PGRI Baubau, Bariun (Foto: Aisyah Welina/SULTRAKINI.COM)
Ketua PGRI Baubau, Bariun (Foto: Aisyah Welina/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: BAUBAU – Belakangan kejadian guru SMP Negeri 1 Kota Baubau yang meninggal dunia beberapa jam setelah vaksinasi  menjadi keresahan bagi sebagian pelayan publik, termasuk guru untuk melakukan vaksinasi lanjutan sebagai salah satu upaya pencegahan penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Kota Baubau. Peristiwa itu membuat Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Baubau angkat bicara, meminta proses vaksinasi guru diperketat. Kota

Ketua PGRI Kota Baubau, Bariun meminta dan sangat mengharapkan agar dalam proses vaksinasi lanjutan tahapan screening diperketat dan lebih diteliti lagi. Pasalnya, kata Bariun kejadian tersebut tentu mengakibatkan tingkat psikologi para guru meskipun hal itu belum tentu disebabkan oleh vaksin.

“Hanya karena kita ini membaca informasi mendengarkan informasi apalagi ditambah dengan kasus yang ada di Muna Barat,” kata Bariun saat ditemui di sekolahnya, Kamis (27/5/2021).

Kepala SMPN 3 Kota Baubau itu juga bilang, untuk mengantisipasi informasi yang beredar dimasyarakat tentang vaksin yang sangat beragam, sehingga untuk meluruskan hal tersebut pihaknya telah melakukan pertemuan dengan Dinas Kesehatan Kota Baubau pada Senin (24/5) lalu agar dalam proses vaksinasi tahapan screening bisa diperketat lagi dan betul-betul dilakukan sampai tidak ada tahapan yang tertinggal.

“Sehingga kalaupun dilakukan (vaksinasi) dan kemudian terjadi (hal yang tidak diinginkan), maka itu diluar kuasa kita. Dari sisi petugasnya aman dari kita juga katakanlah sekolah dalam posisi aman karena kita tidak pada posisi memaksakan orang untuk melakukan itu semua (vaksinasi),” tegasnya

Bariun berharap tenaga kesehatan dapat jeli untuk menetapkan seseorang boleh divaksin atau belum layak untuk divaksin dan para guru dapat memberikan keterangan dan keluhan yang sesuai dengan apa yang dirasakan terutama pada history penyakit yang pernah dialami. Hal ini demi untuk kepentingan bersama.

“Bisa jadi ada guru atau tenaga kependidikan yang mau sekali divaksin tetapi secara medis dia tidak layak, bisa jadi juga dari sisi screeningnya normal tidak ada penyakit, tapi dari gurunya yang bersangkutan belum siap secara psikologi untuk divaksin,” tutur Bariun.

“Kami hanya ingin menyampaikan pertama kepada tenaga kesehatan tersebut jangan dilakukan vaksin bahwa kalau memang gurunya tidak siap, ya jangan dilakukan, atau kalaupun juga gurunya siap tapi secara medis tidak dimungkinkan jangan dipaksakan,” pungkasnya. (C)

Laporan: Aisyah Welina
Editor: Hasrul Tamrin

  • Bagikan