Varian Covid-19 Omicron, Kenali Gejalanya Berikut Ini

  • Bagikan
Ilustrasi (Sumber: Kompas.com)
Ilustrasi (Sumber: Kompas.com)

SULTRAKINI.COM: World Health Organization (WHO) resmi menetapkan varian B.1.1.529 sebagai Variant of Concern atau Omicron berdasarkan anjuran dari Technical Advisory Group on Virus Evolution (TAG-VE/Grup Penasihat Teknis tentang Evolusi Virus). Seperti apa gejalanya?

Dilansir dari Suara.com, Angelique Coetzee dokter yang mendeteksi adanya varian baru Covid-19 Omicron di Afrika Selatan mengatakan gejala pada pasien Covid-19 Omicron berbeda dari varian Delta.

Pasien Omicron menunjukkan gejala kelelahan, nyeri otot, sakit kepala, serta tidak mengalami gejala kehilangan kemampuan penciuman atau mengecap, tidak mengalami gejala turunnya kadar oksigen dalam darah, seperti varian Delta pada umumnya.

”Keluhan paling dominan adalah kelelahan parah selama satu atau dua hari. Selain itu, ada juga yang mengalami sakit kepala dan nyeri otot,” ujar Coetzee, Senin (20 Desember 2021).

Gejala-gejala pada tahap itu sangat mirip dengan infeksi virus normal. Sebagaian besar dari pasien mengalami gejala yang sangat ringan dan belum ada pasien yang masuk ke ruang operasi serta bisa merawat pasien di rumah atau karantina mandiri.

Coetzee menambahkan, pasien Covid-19 Omicron mayoritas berusia 40 tahun ke bawah dan hampir separuh dari pasien belum divaksin.

WHO mengatakan bahwa Omicron berpotensi besar menyebar ke seluruh dunia. Mutasi pada varian ini diketahui berjumlah sekitar 50 dan sebagian besar terdapat pada duri protein.

Omicron pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan dan kini sudah menyebar ke Eropa, Amerika Serikat, Australia, Hong Kong, Afrika, Timur Tengah hingga Indonesia.

Di Indonesia kasus Omicron pertama kali terdeteksi pada seorang petugas kebersihan yang bekerja di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. Sampai pada Jumat 17 Desember 2021 tercatat tiga kasus konfirmasi varian Omicron di tanah air.

Gejala awal yang di alami pasien Omicron di Indonesia, kondisi sehat, tanpa ada gejala, tanpa batuk, dan tanpa demam. Dari hasil pemeriksaan PCR juga hasilnya telah negatif.

Temuan ini merupakan hasil pemeriksaan khusus S-gene Target Failure (SGTF) yang dilakukan oleh Badan Litbang Kesehatan pada tanggal 14 dan 15 Desember lalu.

Omicron memiliki beberapa mutasi yang dapat berdampak pada perilakunya, misalnya  seberapa mudah varian ini menyebar atau tingkat keparahan penyakit yang disebabkannya.

Belum diketahui jelas apakah Omicron lebih mudah menyebar (misalnya lebih mudah menyebar dari orang ke orang) dibandingkan varian-varian lain, termasuk varian Delta karena sedang di teliti.

Belum jelas apakah infeksi Omicron menyebabkan penyakit yang lebih berat dibandingkan infeksi varian-varian lain, termasuk Delta.

Bukti-bukti awal mengindikasikan kemungkinan peningkatan risiko reinfeksi dengan Omicron (orang yang sudah pernah terinfeksi Covid-19 sebelumnya dapat lebih mudah mengalami reinfeksi dengan Omicron), dibandingkan variant of concern lainnya, tetapi informasi yang ada masih terbatas karena masih dlam proses penelitian.

Termaksud juga langkah-langkah pencegahan Covid -19 seperti vaksin dan obat-obatan. Vaksin tetap penting untuk mengurangi penyakit berat dan kematian, termasuk melawan varian yang dominan menyebar, Delta. Vaksin-vaksin yang ada saat ini tetap efektif melawan penyakit berat dan kematian.

Kortikosteroid dan penghambat reseptor interleukin-6 akan tetap efektif untuk tatalaksana pasien dengan COVID-19 berat. Obat-obatan lain akan dikaji untuk mengetahui apakah mereka tetap efektif dengan adanya perubahan pada bagian-bagian virus varian Omicron.

Tes PCR yang banyak digunakan, tetap dapat mendeteksi infeksi termasuk infeksi Omicron, seperti yang telah di amati pada varian-varian lain. Apakah Omicron berdampak pada jenis-jenis tes lain, seperti tes deteksi antigen cepat. Semua sedang diteliti.

Saat ini, WHO berkoordinasi dengan sejumlah besar peneliti di seluruh dunia untuk lebih memahami Omicron. Penelitian yang sekarang sedang berjalan atau akan segera dijalankan mencakup kajian atas transmisibilitas, tingkat keparahan infeksi (termasuk gejala-gejalanya), kinerja vaksin dan alat tes diagnostik, dan efektivitas obat-obatan.

Laporan: Feni Sul Fianah dan Siti FauzizahAstuti. A
Editor: Hasrul Tamrin

  • Bagikan