Wafatnya BJ Habibie di Mata Generasi Milenial Sultra

  • Bagikan
Aini K hairunnisa, Dwi rahmadanty Anjelia, Ramis Rauf, dan Yusril. (Foto: Istimewa)
Aini K hairunnisa, Dwi rahmadanty Anjelia, Ramis Rauf, dan Yusril. (Foto: Istimewa)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Kepergian Presiden ke – 3, RI BJ Habibie meninggalkan duka mendalam bagi semua pihak. Tak terkecuali pada generasi millenial di Sulawesi Tenggara (Sultra). Sosok yang begitu dicintai dan dikagumi oleh generasi muda hingga kepergiannya menjadi kesedihan yang mendalam.

SultraKini.com menghimpun empat generasi muda berprestasi Sultra untuk menanggapi wafatnya BJ Habibie, dan semua mengaku sangat kehilangan.

Aini K hairunnisa (23) mahasiswi asal Kendari yang sedang menempuh pendidikan pascasarjana di UIN Malik Ibrahim Malang, Jawa Timur, menuturkan kesedihannya.

“Sangat sedih atas wafatnya eyang Habibie, karena salah satu putra terbaik bangsa telah pergi padahal negara masih sangat membutuhkan nasehat-nasehat beliau, saya fans beliau sejak masih di pondok pesantren, dimata saya beliau sosok bapak teknologi yang telah mengharumkan nama bangsa, sosok suami yang sangat setia dengan istrinya hingga maut memisahkan, sosok pahlawan yang sangat berjasa di mata dunia, sosok yang agamis meskipun sangat ahli di bidang teknologi namun bagi beliau agama tetapi mnjadi nomer satu, sosok bapak yg sukses mendidik anak-anakya,” tuturnya (12/9/2019).

Aini juga menuturkan bahwa ia akan mengikuti jejak Habibie dalam berkontribusi membangun Negeri.

“Dengan background saya di bidang pendidikan, maka saya ingin sekali membangun pendidikan di negeri ini agar tidak tertinggal dengan negara yang lain. Salah satunya saya ingin menuntut ilmu setinggi-tingginya dan mencari banyak pengalaman, sehingga saya bisa membagikan kepada masyarakat luas atas apa yang telah saya dapatkan, sehingga negara ini tidak hanya sebagai konsumen tetapi bisa sebagai produsen yg bisa dinikmati jutaan manusia di bumi ini,” ujar mahasiswi yang juga pernah menjadi delegasi pertukaran mahasiswa ke Perth, Australia pada 2015.

Hal senada juga disampaikan mahasiswi asal kendari, Dwi rahmadanty Anjelia (24), yang juga sedang menempuh pendidikan pascasarjana di Uin Malik Ibrahimdan pernah menjadi delegasi pertukaran mahasiswa ke Thailand pada 2015.

“Sangat sedih. Sosok beliaulah yang sangat menginspirasi dan menjadi suri tauladan bagi kita semua, khususnya saya sendiri, saya mengagumi sosok beliau, di mata saya beliau sosok tokoh bangsa yang sangat cerdas, memilki IQ yang luar biasa, rendah hati dan nggak pelit untuk berbagi ilmu dan selalu mngedepankan pendidikan. Saya berharap bisa meniru semangat beliau dalam bidang pendidikan dan agama, apalagi dalam membangun lapangan pekerjaan,” ujar Dwi.

Pesan kesedihan juga hadir dari Kandidat Doktoral Universitas Gadjah Mada asal Kendari, Ramis Rauf (26).

“Sejak tahun 2014 saya fans dengan sosok pak Habibie. Mendengar kabar wafatnya membuat saya sedih. Bagi saya, pak Habibie adalah seseorang yang berdedikasi tinggi dan setia dalam mengabdi untuk negeri. Saya ingin mengikuti jejak beliau dalam berkontribusi untuk sesama, terutama dalam memajukan pendidikan sejak dini,” tuturnya.

Yusril, mahasiswa yang pernah favorit Duta Literasi IAIN kendari yang juga merasa kehilangan sosok yang menginspirasi anak muda.

“Kalau masalah fans atau bukan, bagi saya itu bukan masalah, akan tetapi kami sangat bangga memiliki sosok pemimpin sekaligus ilmuwan yang sangat dihargai dunia, karena penemuannya yang sangat berguna bagi dunia khususnya Indonesia. Sosok yang dimata saya ialah seorang pemimpin dan penemu yang memiliki ilmu pengetahuan yang luar biasa dan juga memiliki kisah cinta yang tidak kalah romantis dari roman picisan, yang ingin saya tiru,” ucapnya.

Laporan: Ulul Azmi
Editor: Habiruddin Daeng

  • Bagikan