Doyan Game Online, Hati-hati dengan Dampak Buruknya

  • Bagikan
Ilustrasi. (Foto: Internet)

SULTRAKINI.COM: KONAWE – Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, ternyata ikut mendongkrak tren game online yang dapat diakses di smartphone android Anda. Namun tidak jarang dampak buruknya juga akan dirasakan, seperti kecanduan game online.

Dampak game online yang membuat candu itu banyak dirasakan muda mudi, termasuk pelajar di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

Menurut Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Konawe, Suryadi, pada dasarnya kemajuan teknologi membawa warna positif di tengah masyarakat. Misalnya membantuk kerja otak anak lebih aktif dan melatih membaca sehingga pengenalan teknologi sejak dini sudah dirasa perlu dilakukan. Tidak terkecuali dampak buruknya juga.

“Bagi anak-anak kita jangan sampai kebablasan dalam menggunakannya, utamanya yang kita hindari itu konten pornografi atau games, itu berdampak negatif bagi anak kita,” ucapnya pada Sultrakini.com, Rabu ( 22/9/2021).

Agar teknologi, khususnya game online tidak membuat candu bagi anak-anak, sebaiknya dibatasi intensitasnya. Sering-sering mengakses game online itulah yang bisa menjadi kecanduan.

“Yang harus kita perhatikan betul itu konten yang berbau pornografi karena anak- anak sekarang jangankan SD, di usia 3 sampai 4 tahun saja dapat menggunakan smartphone, bahkan men-download bermacam aplikasi yang diinginkannya,” terangnya.

Suryadi mengingatkan khususnya orang tua untuk lebih aktif mengontrol anak-anak dalam penggunaan teknologi smartphone. Misalnya memberikan pendampingan pada mereka. Sebab penurunan prestasi akademik akan menjadi ancaman anak-anak ketika mereka mulai sulit mengendalikan diri dengan penggunaan tekonologi tersebut.

“Jika terlalu fokus dalam game, membuat anak jadi malas belajar, tidak fokus menyerap pelajaran sekolah hingga tugas-tugas diberikan gurunya diabaikan. Dampaknya game ini sangat berpengaruh untuk anak jika kecanduan, anak-anak lebih fokus main game ketimbang belajar,” ucapnya.

Dari segi kehidupan sosial, interaksi anak-anak dengan lingkungannya secara langsung akan terganggu karena mereka menilai akan lebih asyik berinteraksi di dunia maya. Hal ini juga berpotensi pada perkembangan emosional anak-anak yang cenderung mudah marah.

Aspek kesehatannya juga ikut berperan. Anak-anak yang kecanduan game berpotensi merusak penglihatan mereka hingga kurangnya istirahat dan pola makan yang memicu lemahnya imunitas tubuh.

Padahal, kata Suryadi, di balik game, ada hal yang lebih penting harus diperhatikan. Bagaimana berteman secara sosial dengan lingkungannya, caranya berinteraksi dengan seusianya atau lebih tua dari dirinya, dengan begitu sistem keakraban dengan lingkungan bisa terjalin sejak dini.

“Anak-anak sudah kecanduan game, bukan hanya perilaku lingkungannya berubah, tapi bahasanya mengikuti bahasa game, interaksi di lingkungan sosial sudah tidak dipedulikan,” ujarnya.

Selain di lingkungan, para guru juga diingatkan untuk membatasi penggunaan smartphone di lingkungan sekolah.

“Itu yang kita batasi dan itu arahan untuk guru kita di sekolah,” tambahnya.

“Kita tidak bisa menghindari arus teknologi yang kian berkembang saat ini. Kita ingin supaya seimbang, jangan hanya mengandalkan itu tetapi sesekali kita manfaatkan kearifan lokal, khusus guru harus lebih mengenalkan budaya kita dalam pembinaan karakter,” sambung Suryadi. (C)

Laporan: Andi Nur Aris.S
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan
Exit mobile version