Karang Taruna Woitombo Koltim Belajar Kultur Jaringan Sorume di UHO

  • Bagikan
Salah seorang anggota karang taruna sedang belajar kultur jaringan di Laboratorium Agroteknologi Fakultas Pertanian UHO, 13 Juli 2022. Foto: Dok Faperta UHO.

SULTRAKINI.COM: Empat anggota karang taruna Woitombo, Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara mengikuti pelatihan kultur jaringan di Laboratorium Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo (UHO) di Kendari pada 13 Juli 2022. Proses pelatihan kultur jaringan didampingi dua laboran yakni, Waode Nuraida, S.P., M.P., dan Rian Ariani, S.P., M.P.

Selain itu, pada 14 Juli, keempat anggota karang taruna itu dibawa ke Laboratorium Kultur Jaringan Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Provinsi Sulawesi Tenggara guna memperkuat pemahaman dan implementasi kultur jaringan. Di lab ini mereka didampingi oleh dosen Santy Tresia Sadolo, S.P., M.P.

Pelatihan merupakan rangkaian Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Karang Taruna dalam Domestikasi Anggrek Serat (Dendrobium utile) Endemik Sulawesi Tenggara Berbasis Teknologi Budidaya Kultur Jaringan di Kolaka Timur yang didanai Lembaga Penelitian dan Pengadian Kepada Masyarakat (LPPM) UHO.

Kegiatan ini diketuai oleh Dr. Ir. Sitti Aida Adha Taridala, M.Si. dengan anggota Dr. Andi Septiana, S.Si., M.Si., M.Sc., Dr. Ir.  Tresjia Corina Rakian, M.P.  dan pembantu lapangan Hadi Sudarmo, S.P., M.Si. serta melibatkan lima orang mahasiswa dalam melakukan penelitian skripsi yang berkaitan dengan sorume.

Kegiatan PKM berlangsung sejak 7 Juli 2022 dalam bentuk sosialisasi yang bertempat di Kantor Kelurahan Woitombo, dihadiri oleh Camat Mowewe Marwan, S.Sos, Sekrataris Camat Mowewe Muh. Jalud, S.H, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Mowewe Samsul Bahri Lambadjo, S.Pd., M.Pd, dan anggota Karang Taruna Woitombo.

Pemerintahan Kecamatan Mowewe mengapresiasi kegiatan PKM tersebut karena dinilai akan memberikan dampak jangka panjang berupa peningkatan kesejahteraan masyarakat sehingga dalam kesempatan itu dilakukan penandatangan nota kesepahaman antara Ketua Tim Pengabdian dengan Karang Taruna Woitombo diwakili oleh Surachman, S.P.d sebagai pelaku kultur jaringan Sorume. Lalu dilanjutkan dengan penandatangan nota kesepahaman Ketua Tim Pengabdian dengan Kepala Sekolah SMAN 1 Mowewe sebagai penyedia fasilitas laboratorium.

Kegiatan pelatihan akan ditindaklanjuti dengan pembuatan laboratorium yang berada di SMAN 1 Mowewe. Oleh karena itu peran karang taruna dan SMAN 1 Mowewe sangat dibutuhkan demi kesuksesan kultur jaringan Sorume.

“Harapan kami dengan adanya kegiatan ini agar masyarakat mampu membudidayakan sorume melalui kultur jaringan dan memanfaatkannya menjadi kerajinan tangan (songkok, tikar, tas, dan lainnya) yang  menjadi ciri khas dan bernilai ekonomi di Kecamatan Mowewe” ujar Sitti Aida Adha Taridala.

Sorume adalah anggrek serat (Dendrobium utile) yang hidup secara epifit yakni anggrek yang menumpang pada pohon lain tetapi tidak  merugikan pohon yang ditumpangi. Alat yang dipakai untuk menempel adalah akarnya, berfungsi seperti akar udara untuk mencari makanan.

Jenis anggrek ini hanya terdapat di hutan Kecamatan Mowewe, untuk memperolehnya membutuhkan tenaga ekstra karena melewati topografi tanah yang berbukit-bukit sehingga tidak heran harga sebuah sorume kisaran Rp300.000 – Rp1.000.000.

Sorume tidak asing bagi sebagian masyarakat di Sulawesi Tenggara terutama suku Tolaki karena tanaman tersebut merupakan bahan baku utama dalam pembuatan tikar adat Tolaki yang biasa digunakan dalam kegiatan-kegiatan adat misalnya upacara pernikahan. Oleh karena itu tanaman ini dapat dikatakan bernilai budaya dan ekonomi. Dikatakan bernilai ekonomi karena menjadi sumber penghasilan masyarakat.

Editor: M Djufri Rachim

  • Bagikan
Exit mobile version