SULTRAKINI.COM: KENDARI – Sayembara Penulisan Bahan Bacaan oleh Kantor Bahasa Sultra akan berakhir 5 April 2019. Uniknya, kegiatan ini digelar untuk mendapatkan bahan bacaan anak-anak bermuatan lokal.
Sejak awal 2019, Kantor Bahasa Sultra memberikan kesempatan kepada penulis menghasilkan karya, berupa cerita rakyat, sejarah, makanan khas, alat musik, ataupun lainnya berunsur lokal Sultra.
Bahan bacaan ini dibagi atas tiga kategori, yaitu anak-anak usia dini (belum sekolah), anak0anak sekolah awal (kelas 1,2, dan 3), dan anak-anak sekolah tinggi (kelas 4,5, dan 6).
“Kami benar-benar ingin menghimpun para penulis dan pembuat cerita dari Sultra, supaya anak-anak dapat menambah dan memperkaya pengetahuan tentang Sultra. Harapannya, banyak dari teman-teman muda-mudi mengikuti sayembara ini,” terang Ketua Panitia Sayembara Bahan Bacaan, Mulawati kepada Sultrakini.com, Selasa (26/3/2019).
Mengapa harus bacaan memuat lokalitas Sultra?
Sayembara bahan bacaan tersebut merupakan perdana digelar pada 2019 dan terbuka untuk umum, khususnya masyarakat ber-KTP Sultra, terkecuali pegawai Kantor Bahasa maupun sanak keluarganya.
Diharapkan melalui kegiatan ini, bermunculan penulis-penulis dari Sultra yang mengambil unsul lokal sebagai bahan cerita.
(Baca: Kantor Bahasa Sultra Bentuk Karya Bacaan Anak Berunsur Lokalitas)
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menilai, bahan bacaan bermuatan lokal anak-anak masih kurang dan belum beragam. Untuk itu, tiga karya terbaik sayembara dikirim ke lembaga tersebut untuk dicetak, setelah melalui pemeriksaan dari Pusat Perbukuan. Hasil cetakan itulah dikembalikan ke Sultra dan disebar ke sekolah-sekolah, meski jumlahnya terbatas, yakni sekitar 300 eksemplar.
“Bahan bacaan berunsur lokalitas Sultra belum banyak. Jika dilihat di laman Kemendikbud, cerita daerah yang banyak itu dari cerita daerah di luar Sultra. Setidaknya, sayembara penulisan bahan bacaan ini, cerita berunsur lokalitas Sultra dapat dibukukan oleh Kemendikbud dan menjadi bacaan nasional juga,” jelasnya.
Harapan banyak dan beragamnya bacaan anak berlokalitas Sultra, tidak lain agar anak-anak Sultra mengenal daerahnya.
“Anak-anak yang ada di daerah, seperti Nambo itu mereka masih mempelajari dan memainkan alat musik khas Suku Tolaki, tapi anak-anak di Kota Kendari udah jarang. Selain itu, anak-anak di daerah lain juga mungkin tahu cerita dan musik khas Sultra yang lain, tapi tidak dengan anak-anak di Kota Kendari,” ucapnya.
Juri sayembara sendiri dari berbagai latar belakang ilmu yang semuanya dari Sultra, seperti ahli bahasa dari Kantor Bahasa Sultra, ahli desain gambar, dosen, dan ahli psikologi. Masing-masing kategori terdiri dari tiga juri.
Sementara penilaian karya tulisan melihat dari segi gambar, penggunaan warna dan bahasa yang digunakan. Cerita hanya menggunakan Bahasa Indonesia. Tujuannya, mempermudah pemahaman anak-anak dalam menangkap cerita. Sedangkan layout/gambar cerita dapat berupa gambaran tangan atau manual, maupun menggunakan komputer atau digital, asalkan pesannya dapat tersampaikan dan sesuai dengan naskah cerita.
Pemenang Sayembara Penulisan Bahan Bacaan dengan tiga kategori berhadiah total Rp 135.000.000. (Adv)
Laporan: Intan Juwita&Maykhel Rizky
Editor: Sarini Ido