SULTRAKINI.COM: MUNA BARAT-Kejuaraan Kosmaba IV yang diikuti oleh 20 tim sepak bola se-Kabupaten Muna Barat, Sulawesi Tenggara, berlangsung di Lapangan Sepak Bola Desa Lapolea, Kecamatan Barangka. Turnamen yang dimulai sejak 10 Agustus 2024 ini kini tengah mendekati babak delapan besar. Salah satu laga penting mempertemukan Benteng Waringin FC dan Wakontu FC pada Jumat, 30 Agustus 2024, dalam perebutan tiket menuju babak selanjutnya.
Pertandingan berlangsung sengit sejak awal, di mana kedua tim saling melancarkan serangan, namun hingga babak pertama berakhir, tak ada satu pun gol tercipta. Memasuki babak kedua, kontroversi mulai mencuat ketika pada menit ke-20, wasit utama, Epeng, membuat keputusan yang memicu protes keras. Epeng menetapkan bola buang sebagai tendangan sudut untuk Wakontu FC, yang dinilai banyak pihak sebagai keputusan keliru.
Keputusan kontroversial lainnya terjadi ketika wasit menyatakan gol pada bola yang seharusnya tidak masuk. Keputusan ini mengundang protes dari tim Benteng Waringin, yang merasa dirugikan oleh kepemimpinan wasit yang dianggap tidak adil.
Seorang penonton, La Sumi, yang menyaksikan pertandingan dari tepi lapangan, turut mengkritik keputusan wasit. “Bola yang seharusnya bola buang malah dijadikan tendangan sudut. Belum lagi, gol yang tidak sah langsung disahkan oleh wasit. Saya juga melihat hakim garis tidak netral, mungkin karena ada hubungannya dengan Desa Wakontu,” ujarnya.
Manajer Benteng Waringin, Zainal, juga menyampaikan kekecewaannya atas keputusan wasit dan hakim garis yang dianggap tidak konsisten. “Kami tidak mempermasalahkan hasil pertandingan, bahkan jika kalah kami tetap bisa melaju ke babak berikutnya. Namun, kami mencari kejujuran dan sportivitas dalam kepemimpinan pertandingan. Keputusan wasit yang aneh ini bisa merusak semangat para pemain,” tegas Zainal.
Sementara itu, Jen Andri, official Benteng Waringin, menyoroti pentingnya pemilihan wasit yang kompeten dan profesional. “Panitia Kejuaraan Kosmaba IV seharusnya lebih selektif dalam memilih wasit dan asisten wasit. Di Muna Barat, banyak wasit yang lebih mumpuni, namun mengapa yang dipilih justru dari luar daerah? Ini membuat pertandingan menjadi gaduh. Semoga kejadian ini menjadi pelajaran agar tidak terulang di laga berikutnya,” pungkas Jen Andri.
Laporan: Laode Abubakar