Usia ke-61: Kontribusi Kolaka Teratas dalam Membentuk Perekonomian Sultra

  • Bagikan
Prof. Dr. Azhar Bafadal
Prof. Dr. Azhar Bafadal

Oleh: Prof. Dr. Azhar Bafadal (Penulis adalah Pengamat Ekonomi dan Dosen UHO)

Dalam bulan ini Kabupaten Kolaka memasuki usianya yang ke 61 tahun.  Kabupaten Kolaka, secara de jure terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 tahun 1959 yang menetapkan bahwa Kolaka  lahir tanggal 28 Februari 1960. Sejak berdirinya Kabupaten ini dan bergabung dalam Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) yang terbentuk pada 29 April 1964 tampaknya Kabupaten Kolaka memberikan warna berarti bagi pembangunan ekonomi Sultra.  Kenapa demikian ? Mari simak ulasan di bawah ini.

Cara Menentukan Besarnya Perekonomian Daerah

Untuk mengetahui besarnya output perekonomian suatu daerah dapat diketahui dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).  Semakin besar nilai PDRB suatu daerah maka dapat dikatakan perekonomian daerah tersebut lebih baik mengingat outputnya yang dihasilkannya yang lebih besar, dan demikian pula sebaliknya.  Dengan mengetahui besarnya nilai PDRB setiap daerah maka kita dapat membandingkan besarnya perekonomian antar daerah dan dengan sendirinya kita dapat menganalisa kontribusi masing-masing daerah dalam membentuk perekonomian pada level di atasnya.

Berdasarkan kerangka teoritis di atas dan dengan menggunakan data BPS, maka sekarang marilah kita melihat bagaimana wajah perekonomian Sultra, kabupaten/kota mana yang memberikan andil besar dalam membentuk perekonomian Sultra?

Kontribusi Ekonomi Kolaka Tertinggi

Pada tahun 2000 dimana saat itu  Provinsi Sultra baru memiliki daerah tingkat II sebanyak lima yaitu Kabupaten Konawe, Kolaka, Buton, Muna dan Kotamadya Kendari, bisa dikatakan bahwa sepertiga dari perekonomiannya disumbangkan oleh Kabupaten Kolaka yakni dengan persentase 32,84%, kemudian  diikuti oleh Kabupaten Konawe 19,79%.  Sedangkan Kotamadya Kendari berada di urutan keempat (14,8%) dalam memberikan sumbangan pada perekonomian Sultra dan masih berada di bawah Kabupaten Buton yang berada di urutan ketiga dengan kontribusi 19,65%.

Tiga tahun berikutnya tepatnya tahun 2003 jumlah daerah otonom di Sultra telah bertambah menjadi sepuluh sebagai buah dari pemekaran daerah. Kelima daerah otonom baru tersebut adalah Kabupaten Kolaka Utara, Konawe Selatan, Bombana, Wakatobi dan Kota Baubau.  Walaupun Kabupaten Kolaka telah melepaskan sebagian wilayahnya di bagian utara untuk menjadi kabupaten tersendiri dengan nama Kolaka Utara, tetapi kontribusi  perekonomian Sultra pada saat itu masih sebagian besar disumbangkan oleh Kabupaten Kolaka yakni sebesar 24,2%. Sementara Kabupaten Kolaka Utara menyumbang pada perekonomian Sultra sebanyak 8,49%.  Penyumbang kedua dalam membentuk perekonomian Sulawesi Tenggara diberikan oleh Kota Kendari dengan besaran 14,7% dan disusul oleh Kabupaten Konawe 12,94%.

Pada tahun 2007, kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara telah berjumlah dua belas dengan mekarnya Kabupaten Konawe Utara dari induknya Kabupaten Konawe, dan berdirinya Buton Utara terpisah dari induknya Kabupaten Muna.  Pertambahan jumlah daerah otonom tersebut tampaknya tidak dapat menggoyahkan posisi Kabupaten Kolaka dalam memberikan sumbangan terbesar dalam membentuk perekonomian Sultra dimana kontribusinya mencapai 24,12%.  Sumbangan terbesar kedua diberikan oleh Kota Kendari dengan pangsa 15,91%.

Koltim Lepas: Kolaka Tetap Kokoh

Dengan maraknya pemekaran wilayah maka jumlah daerah otonom di Sultra juga semakin banyak.  Pada tahun 2013, Provinsi Sultra telah memiliki empat belas daerah otonom dengan terbentuknya Kabupaten Kolaka Timur (Koltim) yang terpisah dari induknya Kabupaten Kolaka, dan berdirinya Kabupaten Konawe Kepulauan, terpisah dari Kabupaten Konawe. Sekali lagi, walaupun kontribusi relatif perekonomian Kabupaten Kolaka terhadap Sultra mengalami sedikit penurunan akibat lepasnya Kolaka Timur tetapi kabupaten dengan julukan bumi Mekongga ini peranannya dalam membangun perekonomian Sultra tetap saja tertinggi dibandingkan daerah lainnya yakni mencapai 20,52%.  Hanya Kota Kendari yang dapat mendekati peranan yang dimainkan oleh Kabupaten Kolaka yakni dengan konribusi 16,59%.  Sumbangan kabupaten/kota lainnya dalam membentuk perekonomian Sulawesi Tenggara tidak mencapai 10%.

Pada tahun 2014, jumlah daerah otonom menjadi tujuh belas dengan berdirinya Kabupaten Buton Tengah, Buton Selatan dan Muna Barat.  Penambahan kabupaten ini tidak dapat menggeser posisi Kolaka pada posisi teratas dalam perekonomian Sultra dimana kontribusinya pada saat itu mencapai 19,45%. Sekali lagi juga, hanya Kota Kendari yang dapat mendekati peranan Kabupaten Kolaka yakni dengan besaran 16,99%, sementara kontribusi kabupaten/kota lainnya masih di bawah 10%.

Dalam kurun waktu tahun 2015-2020, kontribusi perekonomian Kabupaten Kolaka   terhadadap perekonomian Sultra bisa dikatakan superior dan tetap paling tinggi dibandingkan sumbangan kabupaten/kota lainnya.  Tahun 2015, kontribusi Kabupaten Kolaka sebesar 19,48%, sementara tahun 2016 sebesar 18,94.  Pada tahun 2017, kontribusi Kolaka sedikit mengalami peningkatan menjadi 19,86%, dan pada tahun berikutnya 2018 meningkat lagi menjadi 20,17% dan tahun 2019 merangkak naik pada level 20,47%. Pada tahun 2020, peran Kabupaten Kolaka sedikit mengalami penurunan pada angka 19,63%.  Penurunan pangsa tersbut   lebih disebabkan oleh pandemi Covid-19 yang memberikan dampak pada kontraksi ekonomi secara sektoral dan wilayah. 

Dalam kurun waktu tersebut menunjukkan bahwa memang hanya perekonomian Kota Kendari yang dapat mendekati perekonomian Kabupaten Kolaka.  Pada tahun 2020, nilai PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Kolaka mencapai Rp.25,55 triliun dan Kota Kendari Rp.22,04 triliun, sementara PDRB Sultra mencapai Rp.130,18 triliun.  Dalam prediksi penulis, di masa mendatang peran Kabupaten Kolaka dalam membentuk perekonomian Sultra akan bersaing ketat dengan Kota Kendari.

Dominansi Kolaka

Berdasarkan paparan empiris di atas maka   dapat kita katakan bahwa sejak awal terbentuknya Sultra hingga saat ini menunjukkan bahwa peran Kabupaten Kolaka sungguh memberikan andil besar dalam menentukan wajah perekonomian Sultra, mengingat perekonomiannya memberikan kontribusi  terbesar untuk Sulawesi Tenggara jika dibandingkan kabupaten/kota lainnya.

Selain itu, pendapatan per kapita Kabupaten Kolaka juga tertinggi di antara kabuaten/kota lainnya dan lebih tinggi dari kondisi Sulawesi Tenggara.  Pada tahun 2019, pendapatan per kapita Kabupaten Kolaka mencapai Rp.101,11 juta sedangkan untuk Sulawesi Tenggara berada pada angka Rp.48 juta. Pada situasi Covid tahun 2020, pendapatan per kapita Kolaka yakni Rp.96,03 juta dan untuk Sulawesi Tenggara Rp.47,24 juta.

Rasanya wajar dan pada tempatnya kita mengucapkan “Selamat Hari Ulang Tahun ke-61 Kabupaten Kolaka” mengingat selama ini harus diakui bahwa Kabupaten Kolaka lah yang menyangga secara kuat perekonomian Sulawesi  Tenggara.  ***

  • Bagikan
Exit mobile version