SULTRAKINI.COM: Memanaskan makanan merupakan kebiasaan yang dianggap wajar di kalangan masyarakat. Selain menghemat uang, memanaskan makanan sisa memang lebih praktis daripada memasak kembali makanan baru. Salah satu olahan masakan yang biasa dipanaskan adalah sayuran.
Sayuran menjadi makanan yang mengandung banyak manfaat bagi tubuh sebagai sumber energi. Mengonsumsi sayuran bisa melindungi tubuh dari berbagai penyakit, seperti obesitas, diabetes, penyakit jantung, dan berbagai jenis kanker.
Mungkin untuk beberapa makanan, hal ini masih aman untuk dikonsumsi. Berbeda dengan sayuran jenis tertentu yang jika dikonsumsi justru menjadi racun dan masakan kehilangan gizinya.
Tahukan Anda, beberapa olahan sayuran yang tidak boleh dipanaskan ulang dilansir dari berbagai sumber:
- Sayuran berdaun hijau seperti bayam, kangkung, seledri, dan brokoli
Kandungan nitrat yang tinggi dari sayuran tersebut dapat menghasilkan efek karsinogenik yang dilepaskan dapat menjadi racun jika dipanaskan.
- Kentang
Kentang kehilangan nilai gizinya jika dipanaskan kembali. Kentang akan menyebabkan timbulnya bakteri langka yang dapat menyerang kesehatan tubuh bahkan dapat menjadi racun, menyebabkan mual, dan penyakit.
- Wortel
Siapa sangka sayur orange ini juga mengandung nitrat cukup tinggi. Wortel juga tidak baik dikonsumsi jika sudah dipanaskan ulang.
- Lobak
Sayur lobak biasanya digunakan untuk membuat sup. Karena lobak juga tinggi nitrat, jika dipanaskan kembali bisa menjadi racun. Sebaiknya masak sup lobak dalam porsi secukupnya saja.
- Jamur
Jamur kaya akan protein, namun strukturnya akan berubah saat dipanaskan kembali yang justru berbahaya bagi tubuh. Mengonsumsi jamur yang dipanaskan kembali, tubuh berisiko mengalami masalah pencernaan dan bahkan masalah jantung yang serius.
- Akar bit
Betapa bagusnya bit untuk tubuh, baik dalam rasa maupun manfaat nutrisinya. Tapi bit ternyata sama seperti seledri, bayam, yakni kaya akan nitrat. Oleh sebab itu, masaklah bit sesuai dengan kebutuhan. Kalau masih ada sisa, daripada dipanaskan ulang lebih baik dimakan dingin. (C)
Laporan: Feni Sul Fianah
Editor: Sarini Ido
