September 2021, Angka Kemiskinan di Sultra Meningkat

  • Bagikan
Statistik Ahli Madya BPS Sultra, Ahmad Luqman, menyampaikan angka kemiskinan di Sultra. (Foto: Ist) 
Statistik Ahli Madya BPS Sultra, Ahmad Luqman, menyampaikan angka kemiskinan di Sultra. (Foto: Ist) 

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Sejak memasuki masa pandemi Covid-19 jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tenggara meningkat sepanjang periode Maret 2020 hingga September 2021. 

Berdasarkan jumlahnya penduduk miskin pada September 2021 sebesar 323,26 ribu orang, meningkat 4,56 ribu orang terhadap Maret 2021 dan meningkat 5,94 ribu orang terhadap September 2020.

Badan Pusat Statistik (BPS) Sultra mempresentasekan bahwa penduduk miskin pada September 2021 tercatat 11,74 persen poin naik 0,08 persen poin terhadap Maret 2021 dan meningkat 0,05 persen poin terhadap September 2020. 

Sementara berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode Maret 2021 – September 2021, jumlah penduduk miskin perkotaan turun 4,03 ribu orang atau 0,52 persen dan di perdesaan naik sebesar 8,6 ribu orang atau naik 0,45 persen poin dari 13,89 persen menjadi 14,34 persen.

Statistik Ahli Madya BPS Sultra, Ahmad Luqman, mengatakan garis kemiskinan merupakan suatu nilai pengeluaran minimum kebutuhan makanan dan non-makanan yang harus dipenuhi agar tidak dikategorikan miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. 

“Garis Kemiskinan pada September 2021 adalah Rp394.744,- per kapita per bulan, dibandingkan Maret 2021 garis Kemiskinan naik 4,27 persen dan jika dibandingkan September 2020 terjadi kenaikan 7,11 persen,” ujar Ahmad, Senin (17 Januari 2022).

Memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan. 

Besarnya sumbangan GKM terhadap GK pada September 2021 sebesar 75,06 persen.Pada September 2021, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada GK, baik di perkotaan maupun di perdesaan, pada umumnya hampir sama.

“Beras masih memberi sumbangan terbesar yakni sebesar 24,58 persen di perkotaan dan 27,15 persen di perdesaan, disusul rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap GK (6,87 persen di perkotaan dan 9,97 persen di perdesaan),” jelas Amad.

Komoditi lainnya adalah kue basah (4,12 persen di perkotaan dan 2,81 persen di perdesaan), tongkol/tuna/cakalang (3,77 di perkotaan dan 3,57 persen di perdesaan ), telur ayam ras (3,65 persen di perkotaan dan 3,26 persen di perdesaan), kembung (3,15 persen di perkotaan dan 2,36 persen di perdesaan), roti (3,08 persen di perkotaan dan 2,61 di perdesaan), mie instan (2,50 persen di perkotaan dan 2,44 persen di perdesaan), gula pasir (2,34 persen di perkotaan dan 3,08 di perdesaan), dan seterusnya. 

Sementara komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar baik pada GK perkotaan dan perdesaan adalah perumahan, barang kecantikan, bensin, pajak kendaraan, pendidikan, air, sabun cuci, perawatan kulit dan muka, kuku, rambut, pakaian jadi perempuan dewasa dan upacara agama, adat dan lainnya. (B)

Laporan: Wa Rifin
Editor: Hasrul Tamrin

  • Bagikan
Exit mobile version