Kasus Gizi Buruk Masih Zona Hijau di Kendari

  • Bagikan
Kepala Dinas Kesehatan Kota Kendari, Rahminingrum. (Foto: Hasrul Tamrin/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Akhir-akhir ini penyakit gizi buruk menjadi salah satu jenis penyakit yang sedang mewabah di beberapa daerah di Indonesia, termasuk kota Kendari. Namun, menanggapi hal itu Dinas Kesehatan Kota Kendari menyebutkan bahwa kondisi gizi buruk di Kota Kendari masih dalam keadaan kondusif.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Kendari, Rahminingrum mengatakan kasus gizi buruk pada balita di Kota Kendari relatif tidak terlalu memprihatinkan atau masih berada di zona hijau (kondusif). Gizi buruk di Kota Kendari pada tahun 2017 sekitar 16 kasus dan pada tahun 2018 ini baru satu kasus dan saat ini sedang dalam perawatan di rumah sakit umum Bahteramas.

“Kasus yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota di puskesmas Perumnas ada satu, yang sementara ini ada dirawat di rumah sakit Bahteramas,” kata Rahminingrum saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (5/2/2018).

Dijelaskannya, Puskesmas Perumnas sudah beberapa kali memberikan bantuan berupa pakaian layak pakai dan makanan, tapi karena ini merupakan masalah kronis, pihaknya membutuhkan penanganan terpadu dari semua sektor.

“Mudah-mudahan setelah keluar dari rumah sakit, kondisinya bisa membaik dan di tahun ini tidak ada lagi korban serupa, tapi tidak tertutup kemungkinan ada lagi, tapi semoga cukup ini saja,” ucapnya.

Untuk mengatasi peningkatan permasalahan gizi buruk di Kota Kendari, Dinas Kesehatan dan jajarannya dibantu dengan puskesmas sebagai perpanjangan tangan, selalu mengadakan survei lapangan untuk mendata jenis penyakit termasuk kondisi gizi pada balita.

“Biasanya ada kasus yang membutuhkan penanganan serius dari sisi kesehatan pasti akan turun langsung menangani, kami juga patut berterima kasih pada media kalau mendapatkan informasi seperti ini karena media lebih banyak di lapangan,” tambahnya.

Penyebab utama terjadinya gizi buruk, kata Rahmi sangat kompleks, misalnya keluarga tidak memberikan asupan gizi cukup, juga bisa dari faktor pendidikan, bisa saja bukan sekedar faktor pendidikan formal karena kesibukan keluarga, jadi anak diberikan asupan makanan seadanya.

“Himbauan kami kepada orang tua khususnya, agar perilaku pola makan harus diperhatikan, utamanya asupan gizi pada anak jangan seadanya,” pungkasnya.

Laporan: Hasrul Tamrin

  • Bagikan
Exit mobile version