DPW PPNI: Sekolahnya Mahal, Banyak Perawat Kerja Tanpa Dibayar

  • Bagikan
Ketua Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Sulawesi Tenggara, Heryanto. Foto: Rian Adriansyah / SULTRAKINI.COM

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Sebagai salah satu profesi yang punya andil besar dalam peningakatan kesehatan masyarakat, nasib perawat saat ini cukup memprihatinkan. Sebab, banyak tenaga perawat yang masih kerja sukarela alias tidak dibayar.

Hal ini sebagaimana diungkapkan Ketua Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Sulawesi Tenggara, Heryanto, bahwa saat ini masih banyak tenaga perawat yang sukarela dalam bekerja.

“Bagaimana perawat mau senyum layani pasien kalau masih berpikir sebentar mau pulang naik apa, mau cicil motor pakai apa. Ini salah satu tantangan bagi kami, karena perawat merupakan profesi yang setara dan sejajar dengan tenaga kesehatan lainnya,” ungkap Heryanto saat ditemui SULTARKINI.COM dalam Seminar Keperawatan yang digelar PPNI di salah satu hotel di Kota Kendari, Minggu (04/9/2016).

Untuk menjadi perawat yang berkompetensi kata Heryanto, harus melalui banyak tahapan dalam penyelesaian studinya di jurusan keperawatan baik D III maupun S1, setelah itu dilanjutkan dengan studi profesi Ners serta pengambilan Surat Tanda Registrasi (STR).

“Namun perjuangan menjadi perawat itu sangat tidak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh ketika mengabdi dan bekerja di rumah sakit maupun puskesmas,” tambahnya.

Terkait masalahan tersebut DPW PPNI telah bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota untuk bersama meningkatkan kesejahteraan perawat. “Kami sudah ke Muna Barat dan Buton Utara, kita sepakati program 1 Desa 1 Perawat dengan pemerintahnya. Karena tidak bisa program kesehatan jalan tanpa perawat,” tambah Heryanto.

Menurutnya, kedepan untuk kesejahteraan perawat anggarannya tidak diambil dari APBD melainkan dari Dana Desa, sehingga tidak membebani anggaran daerah.

Terkait permasalahan ini, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PPNI, Hanif Fadilah juga mengungkapkan hal yang senada. Menurutnya, belum ada pengakuan masyarakat terhadap profesi perawat. Peranannya pun hanya dikenal sebagai pengikut, bukan aktor utama dalam peningkatan kesehatan di rumah sakit maupun puskesmas.

Olehnya itu ia berharap, kedepan seiring dengan peningkatan kemampuan, martabat serta etika profesi, para perawat akan mendapatkan kepercayaan sehingga juga diperhitungkan dari segi kesejahteraanya. “Saya berharap, kedepan organisasi PPNI bisa setara dengan IBI dan IDI,” tutupnya.

  • Bagikan
Exit mobile version