FKPT Sultra Ajak Perempuan Viralkan Perdamaian Cegah Radikalisme dan Terorisme

  • Bagikan
Workshop perempuan TOP viralkan perdamaian. (Foto: Hasrul Tamrin/SULTRAKINI.COM)
Workshop perempuan TOP viralkan perdamaian. (Foto: Hasrul Tamrin/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Tenggara mengajak perempuan menjadi perempuan teladan, optimis, dan produktif (TOP) viralkan perdamaian dalam pencegahan radikalisme dan terorisme di Sulawesi Tenggara.

Ajakan ini dilakukan oleh FKPT Sultra melalui kegiatan yang bertajuk “Perempuan TOP Viralkan Perdamaian” dengan tema Pelibatan Masyarakat dalam Pencegahan Terorisme, dengan melibatkan 33 Ormas tokoh perempuan di Sultra, diselenggarakan di Wonua Monapa, Konawe Selatan, Kamis (4 Agustus 2022).

Forum ini ikut dihadiri langsung oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang diwakili oleh Kasubag TU Inspektorat BNPT, Amir Mahmud, dan dibuka secara resmi oleh Gubernur Sulawesi Tenggara diwakilkan kepada Boy Irwansyah, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Sultra.

Dalam memaparkan pencegahan radikalisme dan terorisme, FKPT Sultra menghadirkan satu pemateri nasional dan dua pemateri lokal akademisi, yaitu Amir Mahmud, dosen senior Fakultas Kesehatan Masyarakat UHO, Sartiah Yusran, serta Mila Viendyasari sebagai pengajar dan peneliti program vokasi UI.

Mewakili Kepala BNPT Pusat, Kasubag TU Inspektorat BNPT, Amir Mahmud, saat membacakan sambutan Kepala BNPT mengatakan kejahatan terorisme merupakan kejahatan yang sangat luar biasa dan tindak pidana yang melanggar hak asasi manusia yang dapat menimbulkan korban jiwa, kerusakan harta-benda, dan merusak stabilitas tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

“Sehingga itu terorisme ini menjadi ancaman dalam perubahan modern saat ini, yang tidak memandang suku, ras, agama, dan golongan. Olehnya itu perlu keterlibatan semua pihak dalam penanganannya, termasuk perempuan,” katanya.

Dia menyebutkan, berdasarkan hasil survey BNPT tahun 2020 bahwa aktor yang paling efektif dalam mereduksi potensi aksi radikalisme secara terus menerus adalah disimilasi sosial media, internalisasi kearifan lokal, perilaku kontra radikal, dan pola pendidikan keluarga pada anak.

Amir menjelaskan, bahwa perempuan memiliki peran yang sangat vital dan strategis dalam kehidupan keluarga maupun kehidupan bermasyarakat secara umum. Sehingga perannya dalam membentengi keluarga dan masyarakat dalam segala bentuk upaya penyebaran dan ajakan kelompok radikal dan terorisme, sangat penting.

“Dalam lingkungan keluarga, peran perempuan bisa menjadi magnet diskusi kepada suami maupun anak-anak berbagai hal dan bisa menjadi filter awal atau pendeteksi awal dari setiap kejanggalan dalam keluarga masing-masing,” terangnya.

Selain itu, dia juga menyampaikan peran perempuan dalam pencegahan radikalisme dan terorisme bisa dilakukan perempuan melalui pendidikan kepada anak-anak, maupun di lingkungan sekitarnya, dengan cara mengenalkan barang-barang, pertemanan, hingga pada ajaran agama yang dianut.

“Posisi perempuan sebagai ibu secara emosional lebih memiliki kedekatan terhadap anak, karena disitulah kunci penanaman karakter dan jati diri anak banyak bertumpu pada orang tua,” jelasnya.

Ketua FKPT Sulawesi Tenggara, Andi Intang Dulung, mengatakan terorisme saat ini masih menjadi ancaman nyata dan yang luar biasa bagi keutuhan negara kesatuan republik indonesia (NKRI). Olehnya itu, FKPT Sultra menghadirkan berbagai Ormas tokoh perempuan dan perempuan peserta lainnya sejumlah 100 orang untuk menyatukan pemahaman mencegah radikalisme dan terorisme.

“Peren perempuan atau ibu dalam mencegah penyebaran radikal dan terorisme sangat penting, karena perempuan sangat dekat dengan anak, suami, keluarga atau lingkungan rumah tangga lainnya, yang dapat dilakukan melalui pendidikan, simpati, dan pemahaman-pemahaman positif tentang bahaya radikalisme,” katanya.

Dia mengungkapkan bahwa saat ini perempuan juga bukan hanya bersifat simpati terhadap pemahaman radikal dan terorisme, tapi perempuan juga sudah ada yang menjadi pelaku terorisme. Fenomenanya, sudah ada perempuan yang terlibat dalam bom bunuh diri.

Olehnya itu, Andi Intang berharap, melalui momentum workshop yang bertajuk ‘Perempuan TOP Viralkan Perdamaian’ perempuan bisa menjadi kunci dan benteng bagi anak-anak dan keluarga dalam mencegah masuknya paham-paham radikalisme yang kini mulai menyasar anak usia dini, generasi muda, dengan menanamkan nilai-nilai pancasila, keagamaan, serta kearifan lokal.

“Mari kita bersama-sama mengedepankan kewaspadaan dan membentengi diri dari pengaruh radikalisme dan terorisme, karena penanganan terorisme ini tidak bisa hanya diserahkan kepada pihak kepolisian tetapi butuh sinergitas kepada semua pihak, termasuk Ormas-ormas tokoh perempuan sebagai garda terdepan dalam keluarga,” tutupnya.

Laporan: Hasrul Tamrin

  • Bagikan
Exit mobile version